Friday 5 April 2013

TOKOH-TOKOH LINTAS IMAN BERBAGI KESAN DAN HARAPAN DARI PAUS FRANSISKUS

TOKOH-TOKOH LINTAS IMAN BERBAGI KESAN DAN HARAPAN DARI PAUS FRANSISKUS

Tokoh-tokoh lintas iman dari agama Islam, Buddha, Protestan, Katolik, serta tokoh masyarakat berbagi kesan dan harapan mereka terhadap terpilihnya Jorge Mario Kardinal Bergoglio SJ (76) sebagai pemimpin Gereja Katolik yang baru, dengan nama Paus Fransiskus, dalam pertemuan mereka, sehari setelah terpilihnya Paus yang baru itu, 15 Maret 2013.

PEN@ Indonesia yang baru saja mendapatkan laporan peristiwa itu. Pertemuan yang dilaksanakan oleh tim kerja Hubungan Antaragama dan Kemasyarakatan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kebondalem, Semarang, bekerja sama dengan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dan dihadiri sekitar 30 orang, termasuk biarawati dan sejumlah orang muda lintas iman, di aula paroki itu, 4 April 2013, langsung diangkat untuk pembaca media ini.

“Paus Fransiskus tentunya akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.” Pendapat itu dikemukakan oleh tokoh intelektual muda Islam, Tedi Kholiludin, yang merasa bahwa dengan terpilihnya Paus Fransiskus, Ajaran Sosial Gereja (ASG) akan terimplementasikan dengan baik.

Pelaksanaan ASG, menurut Kholiludin, terus menerus yang menjadi harapan, tidak hanya dari umat Katolik, tetapi juga umat beragama pada umumnya. “Agama Katolik sangat maju dalam konsep ASG, tetapi umatnya kedodoran dalam praksis,” tegas Kholiludin. Paus baru itu, lanjutnya, akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.

Berkaitan dengan pemilihan Paus, Pandita Buddha Henry Basuki mengatakan bahwa sebenarnya masyarakat juga mengharapkan pemimpin yang baik, tidak hanya di umat Katolik, tetapi di seluruh umat beragama. “Pemimpin itu siap melayani, bukan siap dilayani,” katanya. Kepemimpinan model itu, tegasnya, sudah hampir hilang di Indonesia yang saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan.

Pendeta Gereja Isa Almasih Priggading Semarang Musa Prayitno menganggap terpilihnya pemimpin umat Katolik sedunia itu merupakan fenomena luar biasa karena paus yang terpilih bukan dari Eropa, tapi dari Amerika Latin. “Ini fenomena luar biasa. Artinya ada perubahan,” tegasnya.

Menurut pendeta itu, Paus Fransiskus adalah tokoh yang menjalankan pola hidup yang sederhana. “Dengan peristiwa itu, saya berharap kasih di dunia, kasih kepada manusia, apa pun agamanya atau kepercayaannya dilakukan,” katanya.

Pendeta Musa juga menangkap kesan bahwa paus baru menjalin komunikasi dengan “blusukan”. “Dia memikirkan dunia ini yang sudah porak-poranda hampir di semua negara. Jadi dengan peristiwa-peristiwa ini, saya yakin dan percaya, Sang Pencipta mempunyai tujuan yang mulia. Dan Paus ini akan mewarnai semua umat manusia,” katanya.

Dia berharap, kasih dikembalikan seperti semula dan umat manusia saling peduli dan mengerti. “Jadi, Paus yang baru itu, saya yakin dan percaya, akan membawa perubahan untuk umat sedunia.”

Tokoh masyarakat, Harjanto Halim, mengungkapkan rasa herannya mengapa semua umat Katolik di dunia, dari negara maju sampai negara terbelakang, negara kaya sampai negara miskin, negara demokratis sampai negara otoriter, menerima Paus Fransiskus dengan kepatuhan yang luar biasa.

“Figur beliau sangat melayani. Dia sadar sekali bahwa pemimpin itu bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Ini bisa menjadi contoh yang sangat luar biasa sekali. Tidak cuma Jokowi, juga Paus yang baru ini pun sudah memberikan teladan yang sangat luar biasa sekali,” ungkapnya.

Mulyono, tokoh Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) berharap Paus Fransiskus bisa menjalin kerja sama yang baik antarumat beragama di dunia dan bisa menjalin kerja sama dalam masalah-masalah kemanusiaan, serta dalam membangun generasi muda.

“Dan yang paling kita harapkan, (Paus Fransiskus) bisa membawa misi perdamaian di dunia. Sekarang, misalnya, ada krisis nuklir di Korea. Kalau sampai meletus kan bahaya dan kiamat. Misi perdamaian dunia juga luas, bisa menjembatani jalur Gaza yang dalam kurun waktu tertentu tidak ada penyelesaiannya. Saya harapkan paus baru ini bisa menjadi jembatan perdamaian,” katanya.

Paus baru itu, lanjutnya, bisa membuat Gereja lebih rendah hati, sesuatu yang lebih dekat pada Injil.

Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Pastor Aloysius Budi Purnomo Pr menyampaikan keistimewaan Paus baru yang memakai nama Fransiskus yang merujuk pada tokoh Santo Fransiskus Asisi, yang diterima sebagai simbol perdamaian dengan doa perdamaian yang sangat terkenal. “Maka, dalam rangka lintas iman, figur dan nama itu sudah sangat representatif,” kata imam itu.

Ketika menjadi Uskup Agung di Argentina, cerita imam itu, Paus Fransiskus tidak mendukung Teologi Pembebasan sebagai teori-teologi, “tetapi mempraktekkan Teologi Pembebasan melalui hidupnya.” Jadi, lanjut imam itu, Paus itu “mengangkat teologi pembebasan tidak dengan pedang, tidak dengan perang, tidak dengan perlawanan-perlawanan yang menumpahkan darah, tetapi melalui kesaksian hidup sehari-hari yang dekat dengan rakyat.”***

No comments:

Post a Comment