Hari itu tepatnya pada tanggal 5 Januari 2013 adalah hari pertama pendaftaran siswa siswi baru di SMA Katolik Kolese St.Yusup Malang; SMA swasta dengan predikat sekolah paling 'killer' di Malang. Sudah lama aku ingin sekali melanjutkan studiku disini. Awalnya aku sempat pesimis karena nilai raportku di semester 1 kelas 8 dan semester 1 kelas 9 kurang memuaskan. Tapi disisi lain aku berdoa dan percaya jika Tuhan menghendaki aku melanjutkan disana, pasti ada jalan.
Maka aku bersama mamaku mendaftar dan mengurus administrasi di TU, setelah itu aku menunggu pengumuman diterima/tidak yang akan diumumkan 1 jam setelah mengurus administrasi. Sambil menunggu, aku mengobrol dengan beberapa teman mamaku yang tahun ini juga mendaftarkan anak-anak mereka ke SMAK Kosayu. Mamaku juga alumni SMPK dan SMAK Kosayu. Aku tertarik untuk bersekolah disini karena cerita-cerita mamaku.
Seusai menunggu 1 jam, aku dan mamaku kembali ke ruang TU untuk mendengar pengumuman. Aku terus berdoa berharap semoga aku diterima disana. Dan akhirnya namaku dipanggil oleh petugas TU dan aku diterima.
Ya Tuhan, aku senang sekali hari itu. Tak bisa kuungpakan dengan kata-kata. SMAK Kosayu yang dulu hanya ada diangan kini sudah ada di depan mata dan menantiku. Thanks GOD!~!!
Walaupun resiko yang akan kuambil sangat besar kedepannya, tapi aku yakin dengan kerja keras, dan belajar semua pasti akan dapat kulalui dengan baik.
ORA ET LABORA
MUCHOS GRATIAS JESUS!
Sunday 7 April 2013
Jangan Lepaskan Cinta
Jangan Lepaskan Cinta
Cerita saya ini hanyalah sebuah cerita biasa dari kehidupan seorang wanita.
Saya membagi cerita karena ingin membagi kebahagian yang telah saya dapatkan dalam kehidupan.
Saya dilahirkan dari sebuah keluarga pekerja keras.
Papa adalah seorang pengusaha yang berhasil. Sejak kecil, saya lebih dekat dengan Papa, hal itu membuat saya menjadi seperti seorang laki-laki.
Bukan dalam penampilan, tapi dari cara berpikir dan cara mengambil keputusan dan cara saya berbuat. Dan saya pun seorang pekerja keras seperti Papa. Dengan bekerja keras dan adanya emansipasi, saya berhasil memiliki semua yang saya inginkan dalam hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari, saya agak nakal, keras kepala dan suka berganti pacar dan mencoba sesuatu yang baru. Saya mempunyai jiwa petualang layaknya seorang laki-laki mungkin karena dekat dengan Papa saya.
Pada suatu kegiatan, saya bertemu dengan seorang pria, yang kemudian menjadi suami saya. Calon suami saya itu sebenarnya bukan type ideal saya. Saya melihat banyak kekurangan dari nya karena dia tidak seperti layaknya laki-laki yang saya idamkan sebagai laki-laki ideal. Tapi ada hal yang menarik dari nya dan saya pun tidak tahu itu apa, yang membuat saya senang
bersama dengan dia. Dan anehnya kami pun berpacaran.
Pacaran kami tidak seindah seperti layaknya cerita cinta Cinderella. Kami sering bertengkar, kami sering saling menyakiti satu sama lain. Mungkin calon suami saya tersebut malu karena dia tidak memiliki banyak hal seperti yang saya miliki. Dia sangat angkuh dan sombong seakan-akan dialah orang yang paling pintar diantara kami berdua. Kami pun seperti kucing dengan tikus, selalu bertengkar sehingga kami pun berpisah, walaupun kami kembali pacaran lagi. Yang terjadi kemudian adalah kami menjadi putus dan sambung berulang kali. Saya pun lelah dan menjadi sangat membenci dia lalu memutuskan untuk meninggalkannya. Lagipula keluarga Saya tidak menyukainya karena dianggap hanya akan mengambil keuntungan materi yang keluarga kami miliki.
Saya pun mencoba menjalin hubungan dengan pria lain. Ketika gagal, saya Mencoba pria lain lagi dan begitulah seterusnya. Satu hal yang saya tidak mengerti kenapa saya selalu mengingat pada calon suami saya tsb. Begitulah saya melewati hari-hari dalam tahun-tahun yang berlalu
dalam kehidupan saya.
Waktu berjalan dan secara kebetulan saya pun bertemu dengannya lagi di suatu kota. Dia mengajak saya untuk meluangkan waktu luang bersama. Saya pun setuju walaupun sebenarnya saya sangat enggan karena mengingat rasa benci saya kepadanya dan sikapnya yang angkuh dan sombong.
Kami pun bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing. Saya melihat bagaimana keangkuhan dan kesombongan seorang pria ketika bercerita tentang keinginannya dan bagaimana menjalani hidup dengan kesendiriannya. Sampai pada akhirnya kami pun bernostalgia tentang hubungan kami. Saya melihat perubahan wajah padanya, matanya seakan-akan menerawang dengan kosong. Tiba-tiba saya melihat wajahnya seperti seorang yang tak berdaya. Saya tidak melihat lagi keangkuhan dan kesombongan dari seorang pria dalam dirinya, yang saya rasakan kelembutan hati seorang pria.
Saya melihat dia hanyalah seorang manusia biasa yang mencoba bertahan tegar dalam masalah-masalah yang dihadapinya. Saat itu juga saya menyadari, bahwa dia tidaklah seangkuh dan sesombong yang selama ini saya rasakan. Saya bisa merasakan sedih yang dia rasakan ketika saya memutuskan untuk berpisah dengan dia. Saya baru menyadari bahwa dia sudah merasa tidak mampu membuktikan betapa dia sangat mencintai saya.
Ketika saya kembali ke hotel, saya pun menangis dan menyesali semua kebodohan yang telah terjadi. Saya kehilangan calon suami saya karena saya menginginkan dia sesuai dengan apa yang saya inginkan, dan ketika dia tidak mampu seperti yang saya inginkan, saya pun marah dan membenci dia tanpa melihat diri saya sendiri apakah saya juga mau berubah seperti apa yang diinginkan olehnya. Saya tidak bisa melihat dia sebagai seorang yang sempurna dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliknya dan saya tidak menyadari bahwa dia telah berubah seperti kemauan saya dengan semua kemampuan dia. Saya pun jadi membenci diri saya karena tidak mampu melihat begitu banyak hal baik yang diberikan olehnya untuk membahagiakan saya. Saya tidak mampu melihat kebahagian dan tawa yang diberikan olehnya dalam hidup
saya.
Kemudian saya akhirnya menyadari, apa yang saya suka darinya yang tidak mampu diberikan oleh pria lain adalah dia telah membuat hidup saya seperti alunan nada yang indah. Terkadang, nada itu sangat tinggi sehingga menyayat hati, terkadang sangat rendah sampai tidak bisa di dengar kemudian mengalun dengan cepat dan penuh dentaman tetapi penuh keriangan. Calon suami saya bukan seperti pria lainnya. Dia mengajar saya melihat dengan cara yang berbeda. Kejujuran dia kadang menyakitkan hati saya, tapi itulah yang membuat saya mencintai dia, karena dia mau mencintai saya dengan cara yang berbeda dengan pria lain.
Dia ingin agar saya menjadi lebih baik. Dan saya pun melihat bahwa dia sama seperti Papa saya, seorang laki-laki yang tahu apa yang diinginkan dalam hidupnya dan mau berjuang untuk cita-citanya.
Saya memutuskan mengajaknya bertemu dan saya pun melamar dia.
Suami saya kaget tapi dia menerima lamaran saya. Saya menangis bahagia dan untuk pertama kali saya melihatnya menangis. Saya bahagia karena saya telah menyia-nyiakan cinta saya selama ini dan ketika saya memutuskan untuk merengkuh cinta itu kembali, cinta masih berpihak pada saya. Dan itulah keputusan paling gila yang saya lakukan dalam hidup saya.
Saya mendapat banyak cobaan untuk cinta yang saya inginkan terutama dari keluarga saya, tetapi saya tetap percaya pada cinta. Memang saya tidak mendapatkan semua yang saya inginkan dalam hidup, tetapi saya mendapatkan satu hal yang paling indah dan berharga yang dapat diberikan oleh kehidupan yang tidak mungkin saya tukar dengan apapun. Saya mempunyai keluarga dan anak-anak yang membuat saya bisa ketawa dan bisa menangis, bisa
membuat saya senang dan marah, tapi itulah kehidupan. Dan seperti itulah kehidupan semestinya di jalani.
Saat ini sebagai wanita, saya pun menyadari bahwa saya memang diambil dari tulang rusuk laki-laki. Dan saya sadar bahwa Pria adalah mahluk paling sempurna yang di ciptakan Allah. Pria adalah mahluk yang paling tegar tapi juga paling sensitif setelah saya menyadari bahwa sebagian besar perancang busana, juru masak, ahli seni, arsitek, akuntan dll adalah pria. Mereka, kaum pria mampu kelihatan tegar dan keras di depan orang banyak bahkan mungkin di depan wanita yang dicintainya tapi hatinya tetap sensitif melebihi wanita. Saya selalu mengutamakan kepentingan suami dan anak-anak saya. Saya mau mengorbankan karir dan keinginan saya pribadi. Ketika saya mengorbankan kepentingan pribadi demi cinta, saya memperoleh lebih dari yang saya inginkan, karena saya mendapatkan seorang suami yang selalu mempunyai waktu untuk selalu berbagi. Suami yang mau mengajak saya jalan berdua di
malam hari, mencuci piring bersama dan memberi kejutan-kejutan yang menyenangkan hati saya di kala gundah.
Hampir tiap hari saya bertengkar dengan suami saya. Dari hal kecil masalah pakaian dan belok kiri atau kanan ketika jalan,sampai masalah besar seperti suami saya yang memilih jalan dengan teman-temannya daripada ke rumah orang tua yang membuat saya membenci dia lalu kami diam bermusuhan selama beberapa hari. Terkadang kami bertengkar karena suami saya
melakukan sesuatu yang saya tidak suka tanpa mau menyadari bahwa apa yang dibuat oleh suami saya adalah untuk kebaikan saya. Tapi itulah cinta ketika saya merasa saya tidak malu menunjukkan diri saya apa adanya ke suami saya. Dan semua pertengkaran itu tidak ada artinya dibanding kebahagiaan dan kedamaian yang mampu suami saya berikan. Saya dapat tidur dengan tenang karena suami saya akan memeriksa anak- anak kami dan semua pintu dan jendela pada malam hari. Ketika saya berpura-pura tidur dengan sembarangan maka suami saya akan merapikan selimut saya dan menyingkir agar saya tidur tenang. Suami saya akan membereskan berkas-berkas di meja saya agar saya bisa langsung berangkat ke kantor dan jika ada yang ketinggalan suami mau memutar balik kendaraan kami walaupun dia tetap marah. Tapi apapun yang terjadi kami tetap bersama bukan karena kami diikat dalam sebuah pernikahan tetapi kami mengikatkan diri dalam cinta kami.
Saya dapat bertengkar dengan hebatnya tanpa takut karena saya yakin cinta kami lebih besar dari keegoisan kami masing-masing.
Apa yang ingin saya sampaikan kepada anda semua kaum wanita adalah hal yang sederhana. Pertama adalah salah ketika anda berpikiran anda akan berhasil meraih karir atau cita-cita pribadi anda dengan hidup sendiri dengan alasan apapun, karena sudah tertulis bahwa manusia hidup berpasangan. Karena setiap pria dan wanita akan saling memberi dan saling berbagi. Kedua, kehidupan berkeluarga itu sangat rumit dan kompleks, jauh melebihi mengurus perusahaan-perusahaan, karena tidak ada struktur organisasi, SOP, manajemen tertulis dll. Bisa anda bayangkan anak anda yang tidak mau menurut perintah anda, tetapi anda tidak bisa memecat dia atau pun ketika anda sedang capek dan tiba-tiba suami anda bertanya dimana kaos dalam di taruh dan anda tidak bisa menggantung di pintu anda tulisan “Jangan Diganggu, Lagi Sibuk” karena anda satu kamar dengan dia atau anda harus mengeluarkan dana non budget hanya karena tembok anda di coret-coret oleh anak anda tanpa bisa mengeluarkan Surat Peringatan. Tetapi kalau anda bisa mengatasi dan menikmati kehidupan keluarga anda dan mampu belajar dari kehidupan berkeluarga, maka percayalah anda akan menjadi wanita yang berhasil.
Tidak ada wanita yang berhasil dan terkenal dalam dunia ini yang hidup sendirian. Semua wanita yang berhasil selalu mempunyai keluarga yang baik, karena wanita lah yang mengatur sebuah keluarga. Dan saat itulah anda akan menyadari kenapa wanita diambil dari tulang rusuk pria. Bahkan saya berbagi cerita ini untuk wanita-wanita yang menginginkan semua hal yang
terbaik dalam dirinya. Saya tetap seorang isteri yang menyiapkan pakaian suami saya, menyiapkan makan di rumah saya dan segala sesuatu dalam rumah tangga saya. Dan jika saya harus memilih, maka saya memilih keluarga saya dibanding dengan karir saya yang terkenal.
Akhir kata, jika anda percaya sudah menemukan cinta anda dan pasangan hidup anda, berjuang lah mendapatkannya dan jangan lepaskan cinta anda. Mungkin jalan cerita cinta anda tidak semulus cerita teman anda atau orang tua anda, tetapi ketika anda mau berjuang demi cinta anda, anda akan melihat dalam cinta, segala sesuatu akan tampak lebih indah.Jangan terpaku pada hal-hal kecil, nasehat saya, jika anda mampu menghitung semua kesalahan dan sikap dia yang membuat anda benci pada pasangan anda, percayalah anda tidak akan pernah sanggup
menghitung kebaikan,tawa dan kebahagiaan yang dia berikan pada anda, dan itulah cinta.
Hidup itu indah bukan karena jalan yang harus kita lalui itu mudah tetapi karena jalan kehidupan itu berat dan berliku kadang menanjak dan menukik turun dengan tajam dan bergelombang dan akhirnya anda akan merasa bahagia tanpa mengingat apa yang telah anda lalui jika anda mau tetap teguh dengan cinta anda.
Saya tidak mau anda mengalami hidup seperti saya yang telah menyia- nyiakan cinta saya karena ke egoisan saya. Terkadang kita baru menyadari sesuatu itu begitu berharga ketika kita kehilangan.
Diantara semua yang ada didunia, maka cintalah yang paling terbesar.
Saya adalah seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar di Amerika bahkan di dunia.
Dan saya lebih bangga menyebut diri saya sebagai seorang isteri dan ibu yang bahagia karena untuk itulah Allah menciptakan saya di dunia ini.
Cerita saya ini hanyalah sebuah cerita biasa dari kehidupan seorang wanita.
Saya membagi cerita karena ingin membagi kebahagian yang telah saya dapatkan dalam kehidupan.
Saya dilahirkan dari sebuah keluarga pekerja keras.
Papa adalah seorang pengusaha yang berhasil. Sejak kecil, saya lebih dekat dengan Papa, hal itu membuat saya menjadi seperti seorang laki-laki.
Bukan dalam penampilan, tapi dari cara berpikir dan cara mengambil keputusan dan cara saya berbuat. Dan saya pun seorang pekerja keras seperti Papa. Dengan bekerja keras dan adanya emansipasi, saya berhasil memiliki semua yang saya inginkan dalam hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari, saya agak nakal, keras kepala dan suka berganti pacar dan mencoba sesuatu yang baru. Saya mempunyai jiwa petualang layaknya seorang laki-laki mungkin karena dekat dengan Papa saya.
Pada suatu kegiatan, saya bertemu dengan seorang pria, yang kemudian menjadi suami saya. Calon suami saya itu sebenarnya bukan type ideal saya. Saya melihat banyak kekurangan dari nya karena dia tidak seperti layaknya laki-laki yang saya idamkan sebagai laki-laki ideal. Tapi ada hal yang menarik dari nya dan saya pun tidak tahu itu apa, yang membuat saya senang
bersama dengan dia. Dan anehnya kami pun berpacaran.
Pacaran kami tidak seindah seperti layaknya cerita cinta Cinderella. Kami sering bertengkar, kami sering saling menyakiti satu sama lain. Mungkin calon suami saya tersebut malu karena dia tidak memiliki banyak hal seperti yang saya miliki. Dia sangat angkuh dan sombong seakan-akan dialah orang yang paling pintar diantara kami berdua. Kami pun seperti kucing dengan tikus, selalu bertengkar sehingga kami pun berpisah, walaupun kami kembali pacaran lagi. Yang terjadi kemudian adalah kami menjadi putus dan sambung berulang kali. Saya pun lelah dan menjadi sangat membenci dia lalu memutuskan untuk meninggalkannya. Lagipula keluarga Saya tidak menyukainya karena dianggap hanya akan mengambil keuntungan materi yang keluarga kami miliki.
Saya pun mencoba menjalin hubungan dengan pria lain. Ketika gagal, saya Mencoba pria lain lagi dan begitulah seterusnya. Satu hal yang saya tidak mengerti kenapa saya selalu mengingat pada calon suami saya tsb. Begitulah saya melewati hari-hari dalam tahun-tahun yang berlalu
dalam kehidupan saya.
Waktu berjalan dan secara kebetulan saya pun bertemu dengannya lagi di suatu kota. Dia mengajak saya untuk meluangkan waktu luang bersama. Saya pun setuju walaupun sebenarnya saya sangat enggan karena mengingat rasa benci saya kepadanya dan sikapnya yang angkuh dan sombong.
Kami pun bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing. Saya melihat bagaimana keangkuhan dan kesombongan seorang pria ketika bercerita tentang keinginannya dan bagaimana menjalani hidup dengan kesendiriannya. Sampai pada akhirnya kami pun bernostalgia tentang hubungan kami. Saya melihat perubahan wajah padanya, matanya seakan-akan menerawang dengan kosong. Tiba-tiba saya melihat wajahnya seperti seorang yang tak berdaya. Saya tidak melihat lagi keangkuhan dan kesombongan dari seorang pria dalam dirinya, yang saya rasakan kelembutan hati seorang pria.
Saya melihat dia hanyalah seorang manusia biasa yang mencoba bertahan tegar dalam masalah-masalah yang dihadapinya. Saat itu juga saya menyadari, bahwa dia tidaklah seangkuh dan sesombong yang selama ini saya rasakan. Saya bisa merasakan sedih yang dia rasakan ketika saya memutuskan untuk berpisah dengan dia. Saya baru menyadari bahwa dia sudah merasa tidak mampu membuktikan betapa dia sangat mencintai saya.
Ketika saya kembali ke hotel, saya pun menangis dan menyesali semua kebodohan yang telah terjadi. Saya kehilangan calon suami saya karena saya menginginkan dia sesuai dengan apa yang saya inginkan, dan ketika dia tidak mampu seperti yang saya inginkan, saya pun marah dan membenci dia tanpa melihat diri saya sendiri apakah saya juga mau berubah seperti apa yang diinginkan olehnya. Saya tidak bisa melihat dia sebagai seorang yang sempurna dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliknya dan saya tidak menyadari bahwa dia telah berubah seperti kemauan saya dengan semua kemampuan dia. Saya pun jadi membenci diri saya karena tidak mampu melihat begitu banyak hal baik yang diberikan olehnya untuk membahagiakan saya. Saya tidak mampu melihat kebahagian dan tawa yang diberikan olehnya dalam hidup
saya.
Kemudian saya akhirnya menyadari, apa yang saya suka darinya yang tidak mampu diberikan oleh pria lain adalah dia telah membuat hidup saya seperti alunan nada yang indah. Terkadang, nada itu sangat tinggi sehingga menyayat hati, terkadang sangat rendah sampai tidak bisa di dengar kemudian mengalun dengan cepat dan penuh dentaman tetapi penuh keriangan. Calon suami saya bukan seperti pria lainnya. Dia mengajar saya melihat dengan cara yang berbeda. Kejujuran dia kadang menyakitkan hati saya, tapi itulah yang membuat saya mencintai dia, karena dia mau mencintai saya dengan cara yang berbeda dengan pria lain.
Dia ingin agar saya menjadi lebih baik. Dan saya pun melihat bahwa dia sama seperti Papa saya, seorang laki-laki yang tahu apa yang diinginkan dalam hidupnya dan mau berjuang untuk cita-citanya.
Saya memutuskan mengajaknya bertemu dan saya pun melamar dia.
Suami saya kaget tapi dia menerima lamaran saya. Saya menangis bahagia dan untuk pertama kali saya melihatnya menangis. Saya bahagia karena saya telah menyia-nyiakan cinta saya selama ini dan ketika saya memutuskan untuk merengkuh cinta itu kembali, cinta masih berpihak pada saya. Dan itulah keputusan paling gila yang saya lakukan dalam hidup saya.
Saya mendapat banyak cobaan untuk cinta yang saya inginkan terutama dari keluarga saya, tetapi saya tetap percaya pada cinta. Memang saya tidak mendapatkan semua yang saya inginkan dalam hidup, tetapi saya mendapatkan satu hal yang paling indah dan berharga yang dapat diberikan oleh kehidupan yang tidak mungkin saya tukar dengan apapun. Saya mempunyai keluarga dan anak-anak yang membuat saya bisa ketawa dan bisa menangis, bisa
membuat saya senang dan marah, tapi itulah kehidupan. Dan seperti itulah kehidupan semestinya di jalani.
Saat ini sebagai wanita, saya pun menyadari bahwa saya memang diambil dari tulang rusuk laki-laki. Dan saya sadar bahwa Pria adalah mahluk paling sempurna yang di ciptakan Allah. Pria adalah mahluk yang paling tegar tapi juga paling sensitif setelah saya menyadari bahwa sebagian besar perancang busana, juru masak, ahli seni, arsitek, akuntan dll adalah pria. Mereka, kaum pria mampu kelihatan tegar dan keras di depan orang banyak bahkan mungkin di depan wanita yang dicintainya tapi hatinya tetap sensitif melebihi wanita. Saya selalu mengutamakan kepentingan suami dan anak-anak saya. Saya mau mengorbankan karir dan keinginan saya pribadi. Ketika saya mengorbankan kepentingan pribadi demi cinta, saya memperoleh lebih dari yang saya inginkan, karena saya mendapatkan seorang suami yang selalu mempunyai waktu untuk selalu berbagi. Suami yang mau mengajak saya jalan berdua di
malam hari, mencuci piring bersama dan memberi kejutan-kejutan yang menyenangkan hati saya di kala gundah.
Hampir tiap hari saya bertengkar dengan suami saya. Dari hal kecil masalah pakaian dan belok kiri atau kanan ketika jalan,sampai masalah besar seperti suami saya yang memilih jalan dengan teman-temannya daripada ke rumah orang tua yang membuat saya membenci dia lalu kami diam bermusuhan selama beberapa hari. Terkadang kami bertengkar karena suami saya
melakukan sesuatu yang saya tidak suka tanpa mau menyadari bahwa apa yang dibuat oleh suami saya adalah untuk kebaikan saya. Tapi itulah cinta ketika saya merasa saya tidak malu menunjukkan diri saya apa adanya ke suami saya. Dan semua pertengkaran itu tidak ada artinya dibanding kebahagiaan dan kedamaian yang mampu suami saya berikan. Saya dapat tidur dengan tenang karena suami saya akan memeriksa anak- anak kami dan semua pintu dan jendela pada malam hari. Ketika saya berpura-pura tidur dengan sembarangan maka suami saya akan merapikan selimut saya dan menyingkir agar saya tidur tenang. Suami saya akan membereskan berkas-berkas di meja saya agar saya bisa langsung berangkat ke kantor dan jika ada yang ketinggalan suami mau memutar balik kendaraan kami walaupun dia tetap marah. Tapi apapun yang terjadi kami tetap bersama bukan karena kami diikat dalam sebuah pernikahan tetapi kami mengikatkan diri dalam cinta kami.
Saya dapat bertengkar dengan hebatnya tanpa takut karena saya yakin cinta kami lebih besar dari keegoisan kami masing-masing.
Apa yang ingin saya sampaikan kepada anda semua kaum wanita adalah hal yang sederhana. Pertama adalah salah ketika anda berpikiran anda akan berhasil meraih karir atau cita-cita pribadi anda dengan hidup sendiri dengan alasan apapun, karena sudah tertulis bahwa manusia hidup berpasangan. Karena setiap pria dan wanita akan saling memberi dan saling berbagi. Kedua, kehidupan berkeluarga itu sangat rumit dan kompleks, jauh melebihi mengurus perusahaan-perusahaan, karena tidak ada struktur organisasi, SOP, manajemen tertulis dll. Bisa anda bayangkan anak anda yang tidak mau menurut perintah anda, tetapi anda tidak bisa memecat dia atau pun ketika anda sedang capek dan tiba-tiba suami anda bertanya dimana kaos dalam di taruh dan anda tidak bisa menggantung di pintu anda tulisan “Jangan Diganggu, Lagi Sibuk” karena anda satu kamar dengan dia atau anda harus mengeluarkan dana non budget hanya karena tembok anda di coret-coret oleh anak anda tanpa bisa mengeluarkan Surat Peringatan. Tetapi kalau anda bisa mengatasi dan menikmati kehidupan keluarga anda dan mampu belajar dari kehidupan berkeluarga, maka percayalah anda akan menjadi wanita yang berhasil.
Tidak ada wanita yang berhasil dan terkenal dalam dunia ini yang hidup sendirian. Semua wanita yang berhasil selalu mempunyai keluarga yang baik, karena wanita lah yang mengatur sebuah keluarga. Dan saat itulah anda akan menyadari kenapa wanita diambil dari tulang rusuk pria. Bahkan saya berbagi cerita ini untuk wanita-wanita yang menginginkan semua hal yang
terbaik dalam dirinya. Saya tetap seorang isteri yang menyiapkan pakaian suami saya, menyiapkan makan di rumah saya dan segala sesuatu dalam rumah tangga saya. Dan jika saya harus memilih, maka saya memilih keluarga saya dibanding dengan karir saya yang terkenal.
Akhir kata, jika anda percaya sudah menemukan cinta anda dan pasangan hidup anda, berjuang lah mendapatkannya dan jangan lepaskan cinta anda. Mungkin jalan cerita cinta anda tidak semulus cerita teman anda atau orang tua anda, tetapi ketika anda mau berjuang demi cinta anda, anda akan melihat dalam cinta, segala sesuatu akan tampak lebih indah.Jangan terpaku pada hal-hal kecil, nasehat saya, jika anda mampu menghitung semua kesalahan dan sikap dia yang membuat anda benci pada pasangan anda, percayalah anda tidak akan pernah sanggup
menghitung kebaikan,tawa dan kebahagiaan yang dia berikan pada anda, dan itulah cinta.
Hidup itu indah bukan karena jalan yang harus kita lalui itu mudah tetapi karena jalan kehidupan itu berat dan berliku kadang menanjak dan menukik turun dengan tajam dan bergelombang dan akhirnya anda akan merasa bahagia tanpa mengingat apa yang telah anda lalui jika anda mau tetap teguh dengan cinta anda.
Saya tidak mau anda mengalami hidup seperti saya yang telah menyia- nyiakan cinta saya karena ke egoisan saya. Terkadang kita baru menyadari sesuatu itu begitu berharga ketika kita kehilangan.
Diantara semua yang ada didunia, maka cintalah yang paling terbesar.
Saya adalah seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar di Amerika bahkan di dunia.
Dan saya lebih bangga menyebut diri saya sebagai seorang isteri dan ibu yang bahagia karena untuk itulah Allah menciptakan saya di dunia ini.
Mendengarkan Suara Tuhan
Mendengarkan Suara Tuhan
Ada seorang anak muda yang bersahabat akrab dengan seorang pengkhotbah tua. Suatu hari, anak muda ini kehilangan pekerjaannya dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari si pengkhotbah tua itu.
Ketika berada di ruang belajar si pengkhotbah, si pemuda ini berteriak-teriak tentang problem hidupnya. Akhirnya dengan kalap dia mengepal-ngepalkan tinjunya, sambil berteriak, “Saya memohon Tuhan agar menolong saya. Tapi hai pengkhotbah, mengapa Dia tidak menjawab saya?”
Si pengkhotbah tua itu pergi ke ruang lain dan duduk di sana. Lalu dia berbicara sesuatu dan menanti jawaban si pemuda. Tentu saja si pemuda itu tidak mendengarkan dengan jelas, sehingga dia ikut-ikutan pindah ruangan.
“Apa sih katamu?” tanya si pemuda penasaran. Si pengkhotbah itu mengulangi kata-katanya dengan perlahan sekali, seperti sedang bergumam sendiri. Tetapi si pemuda belum menangkap bisikan si pengkhotbah. Dia terus mendekati si pengkhotbah tua ini dan duduk di bangku sebelahnya.
Si pemuda itu lagi-lagi bertanya, “Apa katamu? maaf, saya tadi belum mendengarnya.”
Dengan lembut, si pengkhotbah memegang pundak si pemuda, “Saudaraku, Allah kadang – kadang berbisik, jadi kita perlu lebih dekat menghampiriNya, agar dapat mendengar Dia dengan lebih jelas lagi.” Si pemuda itu tertegun dan akhirnya dia mengerti.
Kita seringkali menginginkan jawaban Tuhan bak petir yang menggelegar di udara dan sekaligus meneriakkan jawaban dariNya. Tetapi Allah sering diam, kadang Dia bicara dengan lembut, bahkan berbisik. Hanya dengan satu alasan: agar Anda mau menghampiri takhta kemuliaanNya dan lebih dekat kepadaNya. Setelah Anda berada di dekatNya, Anda baru bisa mendengar jawaban Tuhan dengan jelas.
Indah sekali untuk mengetahui bahwa kita melakukan sesuatu yang tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat dan bersama orang-orang yang tepat. Itulah yang terjadi apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus.
Ada seorang anak muda yang bersahabat akrab dengan seorang pengkhotbah tua. Suatu hari, anak muda ini kehilangan pekerjaannya dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari si pengkhotbah tua itu.
Ketika berada di ruang belajar si pengkhotbah, si pemuda ini berteriak-teriak tentang problem hidupnya. Akhirnya dengan kalap dia mengepal-ngepalkan tinjunya, sambil berteriak, “Saya memohon Tuhan agar menolong saya. Tapi hai pengkhotbah, mengapa Dia tidak menjawab saya?”
Si pengkhotbah tua itu pergi ke ruang lain dan duduk di sana. Lalu dia berbicara sesuatu dan menanti jawaban si pemuda. Tentu saja si pemuda itu tidak mendengarkan dengan jelas, sehingga dia ikut-ikutan pindah ruangan.
“Apa sih katamu?” tanya si pemuda penasaran. Si pengkhotbah itu mengulangi kata-katanya dengan perlahan sekali, seperti sedang bergumam sendiri. Tetapi si pemuda belum menangkap bisikan si pengkhotbah. Dia terus mendekati si pengkhotbah tua ini dan duduk di bangku sebelahnya.
Si pemuda itu lagi-lagi bertanya, “Apa katamu? maaf, saya tadi belum mendengarnya.”
Dengan lembut, si pengkhotbah memegang pundak si pemuda, “Saudaraku, Allah kadang – kadang berbisik, jadi kita perlu lebih dekat menghampiriNya, agar dapat mendengar Dia dengan lebih jelas lagi.” Si pemuda itu tertegun dan akhirnya dia mengerti.
Kita seringkali menginginkan jawaban Tuhan bak petir yang menggelegar di udara dan sekaligus meneriakkan jawaban dariNya. Tetapi Allah sering diam, kadang Dia bicara dengan lembut, bahkan berbisik. Hanya dengan satu alasan: agar Anda mau menghampiri takhta kemuliaanNya dan lebih dekat kepadaNya. Setelah Anda berada di dekatNya, Anda baru bisa mendengar jawaban Tuhan dengan jelas.
Indah sekali untuk mengetahui bahwa kita melakukan sesuatu yang tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat dan bersama orang-orang yang tepat. Itulah yang terjadi apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus.
Friday 5 April 2013
PASKAH SEBAGAI INTI IMAN ORANG KRISTIANI
PASKAH SEBAGAI INTI IMAN ORANG KRISTIANI
Menurut keyakinan iman Paulus
Kesaksian tertulis tentang Paskah yang tertua disampaikan oleh Paulus: “Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:4). Apa artinya? Artinya ialah, bahwa Yesus Kristus, yang kita imani, meneguhkan secara definitif harapan segenap hidup kita. Sekaligus dipastikan, bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya merupakan kenyataan. Kematian Yesus membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir tanpa makna, melainkan justru awal hidup baru yang tak berkesudahan, dan sudah dimulai sekarang ini.
Berkat adanya kebangkitan Kristus, kita diajak bukan hanya menengok ke masa lalu, melainkan terutama ke masa depan. Yesus Kristus adalah orang pertama dari antara orang mati, yang dibangkitkan memasuki hidup baru (lih. Kis. 26:23; 1 Kor 15:20; Kol 1:18). Dengan demikian harapan akan masa depan kini sungguh terbuka dan diteguhkan. Harapan ini bukan hanya berlaku bagi jiwa dan roh manusia, melainkan juga bagi perubahan dan transformasi dunia ini seluruhnya. Tiada apapun atau siapapun yang dikecualikan dari harapan ini, kecuali barang apa dan barang siapapun ‘yang jahat’.
Paskah, yakni kebangkitan Kristus, menunjukkan kekuasaan Allah atas kehi-dupan dan kematian. Semua ada di tangan-Nya. Paulus menegaskan keyakinannya siapakah Allah sebenarnya. Allah adalah “Allah yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita” (lih. Rm 4:24; 8:11; 2 Kor 4:14; Gal 1:1). Dengan demikian Allah adalah Dia yang menguasai kehidupan dan kematian, Dia yang penuh kasih dan setia, Dia yang selalu dapat dijadikan pegangan harapan hidup, walaupun manusia menghadapi aneka kesulitan betapapun besarnya.
Apa tuntutan iman kristiani sejati? Kita harus sadar, bahwa iman akan kebangkitan Kristus, atau iman Paskah, harus merupakan unsure penentu keputusan dan sikap dasar hidup kita secara mendasar! Artinya, sejauh manakah iman kita akan Allah, yang menguasai orang yang hidup dan mati sungguh kita hayati secara serius? Iman yang serius selalu menyangkut seluruh hidup orang, bukan separo-paro dan menurut perhitungan.
Pengalaman hidup dan karya kita masing-masing dan dalam kebersamaan harus disinari dan kita beri makna dengan cahaya kebangkitan Yesus. Sejauh manakah kita dapat dan bersedia melihat penderitaan apapun bentuknya dengan cahaya penderitaan Yesus? Namun akhirnya kita sinari lagi dengan cahaya Paskah. Yang kita sinari dengan cahaya penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus bukan terbatas pada hidup kita masing-masing saja, melainkan juga pada hidup sesama kita.. – Kita semua tanpa perbedaan adalah orang kristen, katolik, dan percaya akan kebangkitan Kristus. Adakah pengaruh iman Paskah kita akan sikap dan hidup kita, secara perorangan, dalam keluarga, dalam hubungan paroki, dan dalam konteks masyarakat? Yesus berbuat baik dan adil, maka Ia dibangkitkan Bapa-Nya dari orang-orang mati. Relakah kita membang-kitkan saudara-saudara kita yang sakit, yang dipanggil Tuhan, yang mati hidup ekonominya, mati kekurangan lapangan kerjanya, mati harapannya menuju kehidupan yang layak dan pantas sebagai manusia, yang sungguh dapat hidup damai sejahtera? Apakah aku puas akan makna Paskah, makna kebangkitan Kristus untuk diriku sendiri saja? Marilah kita bergembira merayakan Paskah yang begitu penuh kaya maknanya.
Selamat Paskah, semoga Yesus Kristus yang bangkit, bangkit juga dalam hati kita semua.
Menurut keyakinan iman Paulus
Kesaksian tertulis tentang Paskah yang tertua disampaikan oleh Paulus: “Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:4). Apa artinya? Artinya ialah, bahwa Yesus Kristus, yang kita imani, meneguhkan secara definitif harapan segenap hidup kita. Sekaligus dipastikan, bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya merupakan kenyataan. Kematian Yesus membuktikan bahwa kematian bukanlah akhir tanpa makna, melainkan justru awal hidup baru yang tak berkesudahan, dan sudah dimulai sekarang ini.
Berkat adanya kebangkitan Kristus, kita diajak bukan hanya menengok ke masa lalu, melainkan terutama ke masa depan. Yesus Kristus adalah orang pertama dari antara orang mati, yang dibangkitkan memasuki hidup baru (lih. Kis. 26:23; 1 Kor 15:20; Kol 1:18). Dengan demikian harapan akan masa depan kini sungguh terbuka dan diteguhkan. Harapan ini bukan hanya berlaku bagi jiwa dan roh manusia, melainkan juga bagi perubahan dan transformasi dunia ini seluruhnya. Tiada apapun atau siapapun yang dikecualikan dari harapan ini, kecuali barang apa dan barang siapapun ‘yang jahat’.
Paskah, yakni kebangkitan Kristus, menunjukkan kekuasaan Allah atas kehi-dupan dan kematian. Semua ada di tangan-Nya. Paulus menegaskan keyakinannya siapakah Allah sebenarnya. Allah adalah “Allah yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita” (lih. Rm 4:24; 8:11; 2 Kor 4:14; Gal 1:1). Dengan demikian Allah adalah Dia yang menguasai kehidupan dan kematian, Dia yang penuh kasih dan setia, Dia yang selalu dapat dijadikan pegangan harapan hidup, walaupun manusia menghadapi aneka kesulitan betapapun besarnya.
Apa tuntutan iman kristiani sejati? Kita harus sadar, bahwa iman akan kebangkitan Kristus, atau iman Paskah, harus merupakan unsure penentu keputusan dan sikap dasar hidup kita secara mendasar! Artinya, sejauh manakah iman kita akan Allah, yang menguasai orang yang hidup dan mati sungguh kita hayati secara serius? Iman yang serius selalu menyangkut seluruh hidup orang, bukan separo-paro dan menurut perhitungan.
Pengalaman hidup dan karya kita masing-masing dan dalam kebersamaan harus disinari dan kita beri makna dengan cahaya kebangkitan Yesus. Sejauh manakah kita dapat dan bersedia melihat penderitaan apapun bentuknya dengan cahaya penderitaan Yesus? Namun akhirnya kita sinari lagi dengan cahaya Paskah. Yang kita sinari dengan cahaya penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus bukan terbatas pada hidup kita masing-masing saja, melainkan juga pada hidup sesama kita.. – Kita semua tanpa perbedaan adalah orang kristen, katolik, dan percaya akan kebangkitan Kristus. Adakah pengaruh iman Paskah kita akan sikap dan hidup kita, secara perorangan, dalam keluarga, dalam hubungan paroki, dan dalam konteks masyarakat? Yesus berbuat baik dan adil, maka Ia dibangkitkan Bapa-Nya dari orang-orang mati. Relakah kita membang-kitkan saudara-saudara kita yang sakit, yang dipanggil Tuhan, yang mati hidup ekonominya, mati kekurangan lapangan kerjanya, mati harapannya menuju kehidupan yang layak dan pantas sebagai manusia, yang sungguh dapat hidup damai sejahtera? Apakah aku puas akan makna Paskah, makna kebangkitan Kristus untuk diriku sendiri saja? Marilah kita bergembira merayakan Paskah yang begitu penuh kaya maknanya.
Selamat Paskah, semoga Yesus Kristus yang bangkit, bangkit juga dalam hati kita semua.
PAUS FRANSISKUS TEGASKAN PERAN PENTING PEREMPUAN DALAM GEREJA DAN DORONG KAUM MUDA
PAUS FRANSISKUS TEGASKAN PERAN PENTING PEREMPUAN DALAM GEREJA DAN DORONG KAUM MUDA
Untuk ketiga kalinya dalam minggu ini Paus Fransiskus mengulangi topik perempuan dalam Gereja dalam katekese audiensi umum. Pada perayaan Sabtu Suci, Paus mendedikasikan homili Malam Paskah untuk perempuan sebagai saksi pertama Kebangkitan.
Di hari Selasa pagi, Paus berbicara tentang air mata Maria Magdalena dan bagaimana kita harus mengikuti teladan imannya dalam perjalanan hidup kita. Pada hari Rabu, 3 April 2013, Paus memperluas refleksinya kepada perempuan wanita di dunia dengan mengatakan bahwa mereka memiliki peran khusus dan penting dalam Gereja dan penyebaran iman.
Melihat puluhan ribu orang yang hadir, seperti dilaporkan oleh Radio Vatikan, Paus Fransiskus kembali memberikan pelajaran agama tentang Tahun Iman dan khususnya tentang Aku Percaya. Paus berbicara tentang pengakuan iman dari Perjanjian Baru yang hanya mengenang laki-laki sebagai saksi Kebangkitan, yakni para Rasul, bukan perempuan.
"Ini karena, menurut Hukum Yahudi waktu itu, perempuan dan anak-anak tidak sebagai saksi yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Namun, dalam Injil, perempuan memiliki peran yang utama dan mendasar,” kata Paus.
Menurut Paus, para penginjil hanyalah menceritakan apa yang terjadi: perempuan-perempuan adalah saksi-saksi pertama. “Ini menceritakan bahwa Allah tidak memilih sesuai kriteria manusia: saksi-saksi pertama kelahiran Yesus adalah para gembala, orang-orang sederhana dan rendah hati, saksi-saksi pertama kebangkitan adalah perempuan-perempuan. Ini indah, dan inilah misi perempuan, misi para ibu, memberikan kesaksian kepada anak-anak dan cucu mereka bahwa Kristus telah Bangkit! Ibu-ibu, maju terus dengan misi ini!” kata Paus Fransiskus.
Paus menambahkan bahwa yang penting bagi Allah adalah hati kita. “Apakah kita terbuka kepada-Nya, apakah kita seperti anak-anak yang percaya.” Tetapi, lanjut Paus, ini juga membawa kita untuk merenungkan bagaimana dalam Gereja dan dalam perjalanan iman, para perempuan telah dan masih memiliki peran khusus dalam membuka pintu kepada Tuhan, mengikuti Dia dan mengomunikasikan wajah-Nya, karena mata-mata iman selalu membutuhkan tampilan cinta yang sederhana dan mendalam.
“Para rasul dan murid-murid Kristus merasa lebih sulit untuk percaya pada Kristus yang Bangkit, namun tidak demikian dengan para perempuan!” tegas Paus seraya menceritakan bagaimana Petrus berlari ke makam, namun berhenti di depan makam yang kosong dan Thomas yang harus menyentuh luka dari tubuh Yesus dengan tangannya.
“Dalam perjalanan iman, kita perlu tahu dan merasakan bahwa Allah mengasihi kita, tidak takut untuk mencintai: iman diakui dengan mulut dan hati, dengan kata dan cinta,” kata Paus.
Sejak pagi hari sudah begitu banyak orang antri untuk memasuki Lapangan Santo Petrus. Bahkan jumlah mereka melewati barikade pengamatan Tentara Kepausan dari Swiss agar bisa lebih dekat dengan jalan yang akan dilalui Paus dengan jip terbuka dengan harapan bisa memberikan salam secara pribadi kepada Paus.
Audiensi yang dimulai tepat pukul 10:30 waktu setempat diucapkan dalam bahasa Italia oleh Paus dan ringkasannya diterjemahkan dalam berbagai bahasa utama oleh staf Sekretariat Negara Vatikan.
Audiensi pagi itu juga dimeriahkan dengan kehadiran paduan suara Gospel (Injil) yang terdiri dari orang-orang muda dari AS dan Inggris. Untuk merefleksikan semangat Paskah, mereka menyanyikan Haleluya. Paus Fransikus senang dan menghargai penampilan mereka lalu bertepuk tangan dari mimbar di depan Basilika Santo Petrus.
Melihat kehadiran besar orang muda dalam audiensi hari Rabu itu, Paus menambahkan ucapan selamat yang tidak tertulis bagi mereka di akhir katekese utamanya: "Saya melihat ada banyak orang muda di lapangan! Anak laki-laki dan perempuan, kepada kalian saya katakan, lahirkan kepastian ini bagi dunia: Tuhan itu Hidup dan berjalan di samping kita dalam perjalanan hidup kita! Lahirkan harapan ini, berlabuhlah dalam harapan ini, harapan yang datang dari surga! Berlabuh dan lahirkan harapan itu! Kalian, saksi-saksi Kristus lahirkan harapan ke dunia yang bertambah tua dengan peperangan dan dosa ini! Majulah orang-orang muda!"***
Untuk ketiga kalinya dalam minggu ini Paus Fransiskus mengulangi topik perempuan dalam Gereja dalam katekese audiensi umum. Pada perayaan Sabtu Suci, Paus mendedikasikan homili Malam Paskah untuk perempuan sebagai saksi pertama Kebangkitan.
Di hari Selasa pagi, Paus berbicara tentang air mata Maria Magdalena dan bagaimana kita harus mengikuti teladan imannya dalam perjalanan hidup kita. Pada hari Rabu, 3 April 2013, Paus memperluas refleksinya kepada perempuan wanita di dunia dengan mengatakan bahwa mereka memiliki peran khusus dan penting dalam Gereja dan penyebaran iman.
Melihat puluhan ribu orang yang hadir, seperti dilaporkan oleh Radio Vatikan, Paus Fransiskus kembali memberikan pelajaran agama tentang Tahun Iman dan khususnya tentang Aku Percaya. Paus berbicara tentang pengakuan iman dari Perjanjian Baru yang hanya mengenang laki-laki sebagai saksi Kebangkitan, yakni para Rasul, bukan perempuan.
"Ini karena, menurut Hukum Yahudi waktu itu, perempuan dan anak-anak tidak sebagai saksi yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Namun, dalam Injil, perempuan memiliki peran yang utama dan mendasar,” kata Paus.
Menurut Paus, para penginjil hanyalah menceritakan apa yang terjadi: perempuan-perempuan adalah saksi-saksi pertama. “Ini menceritakan bahwa Allah tidak memilih sesuai kriteria manusia: saksi-saksi pertama kelahiran Yesus adalah para gembala, orang-orang sederhana dan rendah hati, saksi-saksi pertama kebangkitan adalah perempuan-perempuan. Ini indah, dan inilah misi perempuan, misi para ibu, memberikan kesaksian kepada anak-anak dan cucu mereka bahwa Kristus telah Bangkit! Ibu-ibu, maju terus dengan misi ini!” kata Paus Fransiskus.
Paus menambahkan bahwa yang penting bagi Allah adalah hati kita. “Apakah kita terbuka kepada-Nya, apakah kita seperti anak-anak yang percaya.” Tetapi, lanjut Paus, ini juga membawa kita untuk merenungkan bagaimana dalam Gereja dan dalam perjalanan iman, para perempuan telah dan masih memiliki peran khusus dalam membuka pintu kepada Tuhan, mengikuti Dia dan mengomunikasikan wajah-Nya, karena mata-mata iman selalu membutuhkan tampilan cinta yang sederhana dan mendalam.
“Para rasul dan murid-murid Kristus merasa lebih sulit untuk percaya pada Kristus yang Bangkit, namun tidak demikian dengan para perempuan!” tegas Paus seraya menceritakan bagaimana Petrus berlari ke makam, namun berhenti di depan makam yang kosong dan Thomas yang harus menyentuh luka dari tubuh Yesus dengan tangannya.
“Dalam perjalanan iman, kita perlu tahu dan merasakan bahwa Allah mengasihi kita, tidak takut untuk mencintai: iman diakui dengan mulut dan hati, dengan kata dan cinta,” kata Paus.
Sejak pagi hari sudah begitu banyak orang antri untuk memasuki Lapangan Santo Petrus. Bahkan jumlah mereka melewati barikade pengamatan Tentara Kepausan dari Swiss agar bisa lebih dekat dengan jalan yang akan dilalui Paus dengan jip terbuka dengan harapan bisa memberikan salam secara pribadi kepada Paus.
Audiensi yang dimulai tepat pukul 10:30 waktu setempat diucapkan dalam bahasa Italia oleh Paus dan ringkasannya diterjemahkan dalam berbagai bahasa utama oleh staf Sekretariat Negara Vatikan.
Audiensi pagi itu juga dimeriahkan dengan kehadiran paduan suara Gospel (Injil) yang terdiri dari orang-orang muda dari AS dan Inggris. Untuk merefleksikan semangat Paskah, mereka menyanyikan Haleluya. Paus Fransikus senang dan menghargai penampilan mereka lalu bertepuk tangan dari mimbar di depan Basilika Santo Petrus.
Melihat kehadiran besar orang muda dalam audiensi hari Rabu itu, Paus menambahkan ucapan selamat yang tidak tertulis bagi mereka di akhir katekese utamanya: "Saya melihat ada banyak orang muda di lapangan! Anak laki-laki dan perempuan, kepada kalian saya katakan, lahirkan kepastian ini bagi dunia: Tuhan itu Hidup dan berjalan di samping kita dalam perjalanan hidup kita! Lahirkan harapan ini, berlabuhlah dalam harapan ini, harapan yang datang dari surga! Berlabuh dan lahirkan harapan itu! Kalian, saksi-saksi Kristus lahirkan harapan ke dunia yang bertambah tua dengan peperangan dan dosa ini! Majulah orang-orang muda!"***
TOKOH-TOKOH LINTAS IMAN BERBAGI KESAN DAN HARAPAN DARI PAUS FRANSISKUS
TOKOH-TOKOH LINTAS IMAN BERBAGI KESAN DAN HARAPAN DARI PAUS FRANSISKUS
Tokoh-tokoh lintas iman dari agama Islam, Buddha, Protestan, Katolik, serta tokoh masyarakat berbagi kesan dan harapan mereka terhadap terpilihnya Jorge Mario Kardinal Bergoglio SJ (76) sebagai pemimpin Gereja Katolik yang baru, dengan nama Paus Fransiskus, dalam pertemuan mereka, sehari setelah terpilihnya Paus yang baru itu, 15 Maret 2013.
PEN@ Indonesia yang baru saja mendapatkan laporan peristiwa itu. Pertemuan yang dilaksanakan oleh tim kerja Hubungan Antaragama dan Kemasyarakatan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kebondalem, Semarang, bekerja sama dengan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dan dihadiri sekitar 30 orang, termasuk biarawati dan sejumlah orang muda lintas iman, di aula paroki itu, 4 April 2013, langsung diangkat untuk pembaca media ini.
“Paus Fransiskus tentunya akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.” Pendapat itu dikemukakan oleh tokoh intelektual muda Islam, Tedi Kholiludin, yang merasa bahwa dengan terpilihnya Paus Fransiskus, Ajaran Sosial Gereja (ASG) akan terimplementasikan dengan baik.
Pelaksanaan ASG, menurut Kholiludin, terus menerus yang menjadi harapan, tidak hanya dari umat Katolik, tetapi juga umat beragama pada umumnya. “Agama Katolik sangat maju dalam konsep ASG, tetapi umatnya kedodoran dalam praksis,” tegas Kholiludin. Paus baru itu, lanjutnya, akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.
Berkaitan dengan pemilihan Paus, Pandita Buddha Henry Basuki mengatakan bahwa sebenarnya masyarakat juga mengharapkan pemimpin yang baik, tidak hanya di umat Katolik, tetapi di seluruh umat beragama. “Pemimpin itu siap melayani, bukan siap dilayani,” katanya. Kepemimpinan model itu, tegasnya, sudah hampir hilang di Indonesia yang saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan.
Pendeta Gereja Isa Almasih Priggading Semarang Musa Prayitno menganggap terpilihnya pemimpin umat Katolik sedunia itu merupakan fenomena luar biasa karena paus yang terpilih bukan dari Eropa, tapi dari Amerika Latin. “Ini fenomena luar biasa. Artinya ada perubahan,” tegasnya.
Menurut pendeta itu, Paus Fransiskus adalah tokoh yang menjalankan pola hidup yang sederhana. “Dengan peristiwa itu, saya berharap kasih di dunia, kasih kepada manusia, apa pun agamanya atau kepercayaannya dilakukan,” katanya.
Pendeta Musa juga menangkap kesan bahwa paus baru menjalin komunikasi dengan “blusukan”. “Dia memikirkan dunia ini yang sudah porak-poranda hampir di semua negara. Jadi dengan peristiwa-peristiwa ini, saya yakin dan percaya, Sang Pencipta mempunyai tujuan yang mulia. Dan Paus ini akan mewarnai semua umat manusia,” katanya.
Dia berharap, kasih dikembalikan seperti semula dan umat manusia saling peduli dan mengerti. “Jadi, Paus yang baru itu, saya yakin dan percaya, akan membawa perubahan untuk umat sedunia.”
Tokoh masyarakat, Harjanto Halim, mengungkapkan rasa herannya mengapa semua umat Katolik di dunia, dari negara maju sampai negara terbelakang, negara kaya sampai negara miskin, negara demokratis sampai negara otoriter, menerima Paus Fransiskus dengan kepatuhan yang luar biasa.
“Figur beliau sangat melayani. Dia sadar sekali bahwa pemimpin itu bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Ini bisa menjadi contoh yang sangat luar biasa sekali. Tidak cuma Jokowi, juga Paus yang baru ini pun sudah memberikan teladan yang sangat luar biasa sekali,” ungkapnya.
Mulyono, tokoh Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) berharap Paus Fransiskus bisa menjalin kerja sama yang baik antarumat beragama di dunia dan bisa menjalin kerja sama dalam masalah-masalah kemanusiaan, serta dalam membangun generasi muda.
“Dan yang paling kita harapkan, (Paus Fransiskus) bisa membawa misi perdamaian di dunia. Sekarang, misalnya, ada krisis nuklir di Korea. Kalau sampai meletus kan bahaya dan kiamat. Misi perdamaian dunia juga luas, bisa menjembatani jalur Gaza yang dalam kurun waktu tertentu tidak ada penyelesaiannya. Saya harapkan paus baru ini bisa menjadi jembatan perdamaian,” katanya.
Paus baru itu, lanjutnya, bisa membuat Gereja lebih rendah hati, sesuatu yang lebih dekat pada Injil.
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Pastor Aloysius Budi Purnomo Pr menyampaikan keistimewaan Paus baru yang memakai nama Fransiskus yang merujuk pada tokoh Santo Fransiskus Asisi, yang diterima sebagai simbol perdamaian dengan doa perdamaian yang sangat terkenal. “Maka, dalam rangka lintas iman, figur dan nama itu sudah sangat representatif,” kata imam itu.
Ketika menjadi Uskup Agung di Argentina, cerita imam itu, Paus Fransiskus tidak mendukung Teologi Pembebasan sebagai teori-teologi, “tetapi mempraktekkan Teologi Pembebasan melalui hidupnya.” Jadi, lanjut imam itu, Paus itu “mengangkat teologi pembebasan tidak dengan pedang, tidak dengan perang, tidak dengan perlawanan-perlawanan yang menumpahkan darah, tetapi melalui kesaksian hidup sehari-hari yang dekat dengan rakyat.”***
Tokoh-tokoh lintas iman dari agama Islam, Buddha, Protestan, Katolik, serta tokoh masyarakat berbagi kesan dan harapan mereka terhadap terpilihnya Jorge Mario Kardinal Bergoglio SJ (76) sebagai pemimpin Gereja Katolik yang baru, dengan nama Paus Fransiskus, dalam pertemuan mereka, sehari setelah terpilihnya Paus yang baru itu, 15 Maret 2013.
PEN@ Indonesia yang baru saja mendapatkan laporan peristiwa itu. Pertemuan yang dilaksanakan oleh tim kerja Hubungan Antaragama dan Kemasyarakatan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kebondalem, Semarang, bekerja sama dengan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dan dihadiri sekitar 30 orang, termasuk biarawati dan sejumlah orang muda lintas iman, di aula paroki itu, 4 April 2013, langsung diangkat untuk pembaca media ini.
“Paus Fransiskus tentunya akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.” Pendapat itu dikemukakan oleh tokoh intelektual muda Islam, Tedi Kholiludin, yang merasa bahwa dengan terpilihnya Paus Fransiskus, Ajaran Sosial Gereja (ASG) akan terimplementasikan dengan baik.
Pelaksanaan ASG, menurut Kholiludin, terus menerus yang menjadi harapan, tidak hanya dari umat Katolik, tetapi juga umat beragama pada umumnya. “Agama Katolik sangat maju dalam konsep ASG, tetapi umatnya kedodoran dalam praksis,” tegas Kholiludin. Paus baru itu, lanjutnya, akan sangat berpengaruh terhadap relasi antarumat beragama baik di dunia atau pun di Indonesia.
Berkaitan dengan pemilihan Paus, Pandita Buddha Henry Basuki mengatakan bahwa sebenarnya masyarakat juga mengharapkan pemimpin yang baik, tidak hanya di umat Katolik, tetapi di seluruh umat beragama. “Pemimpin itu siap melayani, bukan siap dilayani,” katanya. Kepemimpinan model itu, tegasnya, sudah hampir hilang di Indonesia yang saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan.
Pendeta Gereja Isa Almasih Priggading Semarang Musa Prayitno menganggap terpilihnya pemimpin umat Katolik sedunia itu merupakan fenomena luar biasa karena paus yang terpilih bukan dari Eropa, tapi dari Amerika Latin. “Ini fenomena luar biasa. Artinya ada perubahan,” tegasnya.
Menurut pendeta itu, Paus Fransiskus adalah tokoh yang menjalankan pola hidup yang sederhana. “Dengan peristiwa itu, saya berharap kasih di dunia, kasih kepada manusia, apa pun agamanya atau kepercayaannya dilakukan,” katanya.
Pendeta Musa juga menangkap kesan bahwa paus baru menjalin komunikasi dengan “blusukan”. “Dia memikirkan dunia ini yang sudah porak-poranda hampir di semua negara. Jadi dengan peristiwa-peristiwa ini, saya yakin dan percaya, Sang Pencipta mempunyai tujuan yang mulia. Dan Paus ini akan mewarnai semua umat manusia,” katanya.
Dia berharap, kasih dikembalikan seperti semula dan umat manusia saling peduli dan mengerti. “Jadi, Paus yang baru itu, saya yakin dan percaya, akan membawa perubahan untuk umat sedunia.”
Tokoh masyarakat, Harjanto Halim, mengungkapkan rasa herannya mengapa semua umat Katolik di dunia, dari negara maju sampai negara terbelakang, negara kaya sampai negara miskin, negara demokratis sampai negara otoriter, menerima Paus Fransiskus dengan kepatuhan yang luar biasa.
“Figur beliau sangat melayani. Dia sadar sekali bahwa pemimpin itu bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Ini bisa menjadi contoh yang sangat luar biasa sekali. Tidak cuma Jokowi, juga Paus yang baru ini pun sudah memberikan teladan yang sangat luar biasa sekali,” ungkapnya.
Mulyono, tokoh Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) berharap Paus Fransiskus bisa menjalin kerja sama yang baik antarumat beragama di dunia dan bisa menjalin kerja sama dalam masalah-masalah kemanusiaan, serta dalam membangun generasi muda.
“Dan yang paling kita harapkan, (Paus Fransiskus) bisa membawa misi perdamaian di dunia. Sekarang, misalnya, ada krisis nuklir di Korea. Kalau sampai meletus kan bahaya dan kiamat. Misi perdamaian dunia juga luas, bisa menjembatani jalur Gaza yang dalam kurun waktu tertentu tidak ada penyelesaiannya. Saya harapkan paus baru ini bisa menjadi jembatan perdamaian,” katanya.
Paus baru itu, lanjutnya, bisa membuat Gereja lebih rendah hati, sesuatu yang lebih dekat pada Injil.
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Pastor Aloysius Budi Purnomo Pr menyampaikan keistimewaan Paus baru yang memakai nama Fransiskus yang merujuk pada tokoh Santo Fransiskus Asisi, yang diterima sebagai simbol perdamaian dengan doa perdamaian yang sangat terkenal. “Maka, dalam rangka lintas iman, figur dan nama itu sudah sangat representatif,” kata imam itu.
Ketika menjadi Uskup Agung di Argentina, cerita imam itu, Paus Fransiskus tidak mendukung Teologi Pembebasan sebagai teori-teologi, “tetapi mempraktekkan Teologi Pembebasan melalui hidupnya.” Jadi, lanjut imam itu, Paus itu “mengangkat teologi pembebasan tidak dengan pedang, tidak dengan perang, tidak dengan perlawanan-perlawanan yang menumpahkan darah, tetapi melalui kesaksian hidup sehari-hari yang dekat dengan rakyat.”***
KERINDUAN HATI ALLAH
Aku harap segera berjumpa dengan engkau dan berbicara berhadapan muka. (3 Yohanes 1:14)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 12-14:23
Bagaimana Anda mengungkapkan kerinduan pada sahabat yang tinggal berjauhan dari Anda? Saat ini Anda dapat menelepon, menulis email, menggunakan Skype, atau berinteraksi melalui jejaring sosial di internet. Relatif cepat dan mudah. Pada zaman Yohanes, ia berkomunikasi melalui surat, yang memakan waktu lama untuk sampai ke tujuan. Dalam situasi itu, tentunya surat berisi hal yang benar-benar penting dan khusus.
Yohanes sang penatua menggunakan suratnya untuk mengungkapkan kerinduan hatinya pada Gayus, saudara seiman yang dikasihinya. Ia rindu dapat berbicara bukan hanya melalui surat, namun dapat bertemu langsung dan bertatap muka dengannya. Ia ingin menguatkan Gayus, saudaranya yang lebih muda dalam iman dan sedang berjuang menggembalakan umat Allah di tempat yang jauh. Ia rindu dapat menghibur, mendampingi, menasihati, dan membimbing saudaranya itu untuk terus setia dalam pelayanan.
Kerinduan Yohanes terhadap Gayus mencerminkan kerinduan Allah kepada kita, anak kesayangan-Nya, umat gembalaan-Nya. Allah juga ingin kita bukan hanya membaca “surat”-Nya yang tertulis, namun bertemu dan bersekutu secara pribadi dengan Dia. Roh Allah, yang berdiam di dalam diri kita dan menyertai kita untuk selama-lamanya, ingin mengungkapkan kehidupan-Nya di dalam dan melalui kehidupan kita (Yoh. 14:16-17).
Maukah kita menyambut kerinduan Allah itu? Selanjutnya, seperti sikap Yohanes terhadap Gayus, maukah kita mendorong dan menguatkan saudara-saudara seiman yang lain?—SYS
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 12-14:23
Bagaimana Anda mengungkapkan kerinduan pada sahabat yang tinggal berjauhan dari Anda? Saat ini Anda dapat menelepon, menulis email, menggunakan Skype, atau berinteraksi melalui jejaring sosial di internet. Relatif cepat dan mudah. Pada zaman Yohanes, ia berkomunikasi melalui surat, yang memakan waktu lama untuk sampai ke tujuan. Dalam situasi itu, tentunya surat berisi hal yang benar-benar penting dan khusus.
Yohanes sang penatua menggunakan suratnya untuk mengungkapkan kerinduan hatinya pada Gayus, saudara seiman yang dikasihinya. Ia rindu dapat berbicara bukan hanya melalui surat, namun dapat bertemu langsung dan bertatap muka dengannya. Ia ingin menguatkan Gayus, saudaranya yang lebih muda dalam iman dan sedang berjuang menggembalakan umat Allah di tempat yang jauh. Ia rindu dapat menghibur, mendampingi, menasihati, dan membimbing saudaranya itu untuk terus setia dalam pelayanan.
Kerinduan Yohanes terhadap Gayus mencerminkan kerinduan Allah kepada kita, anak kesayangan-Nya, umat gembalaan-Nya. Allah juga ingin kita bukan hanya membaca “surat”-Nya yang tertulis, namun bertemu dan bersekutu secara pribadi dengan Dia. Roh Allah, yang berdiam di dalam diri kita dan menyertai kita untuk selama-lamanya, ingin mengungkapkan kehidupan-Nya di dalam dan melalui kehidupan kita (Yoh. 14:16-17).
Maukah kita menyambut kerinduan Allah itu? Selanjutnya, seperti sikap Yohanes terhadap Gayus, maukah kita mendorong dan menguatkan saudara-saudara seiman yang lain?—SYS
ALLAH YANG MERINDUKAN KITA BERDIAM DALAM DIRI KITA.
APAKAH KITA MENYAMBUT DAN MERAYAKAN KEHADIRAN-NYA?
APAKAH KITA MENYAMBUT DAN MERAYAKAN KEHADIRAN-NYA?
FOKUS KE DEPAN
Menu Utama
Yayasan Gloria
Relasi
Aturan Pengutipan
Setiap materi di situs ini boleh dikutip untuk pelayanan non-komersial, dengan format pencantuman sebagai berikut:
Sumber: [nama penulis] -- www.renunganharian.net
FOKUS KE DEPAN
- Diterbitkan hari Rabu, 03 April 2013 00:00
- Ditulis oleh Riris Ernaeni
- Dibaca: 3685 kali
Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku... yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13b-14)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 8-11
Ketika kita mengemudi kendaraan, pandangan kita terutama terfokus pada hal-hal yang ada di depan kita. Kendaraan lain yang melintas, jalan yang mungkin berlubang, juga manusia atau hewan yang bisa saja tiba-tiba menyeberang. Sesekali saja kita harus menengok ke spion untuk memastikan tidak ada kendaraan yang sedang mengejar kita karena suatu keperluan atau barangkali ada kendaraan yang ingin mendahului kita pada saat kita ingin berbelok arah.
Demikian juga dengan cara kita menjalani hidup. Sebaiknya pandangan kita arahkan ke depan, berfokus pada apa yang menjadi cita-cita kita pada masa yang akan datang dengan disertai rasa optimis, doa, dan kerja keras. Masa lalu—rentetan kejadian yang sudah tidak bisa diubah lagi—kita gunakan sebagai bekal untuk menyongsong masa depan. Masa lalu adalah sejarah yang memberi kita pengalaman berharga agar kita lebih bijaksana dan teliti pada masa kini dan nanti.
Kita semua memiliki masa lalu. Ada yang gemilang sehingga orang seakan ingin terus memeluknya. Ada pula yang menimbulkan trauma sehingga orang terus dihantui oleh bayangan buruk. Kedua sikap itu sama-sama tidak sehat. Entah baik entah buruk, kita perlu belajar melepaskan masa lalu, agar kita dapat melanjutkan hidup dengan cara yang bermakna dan meraih pencapaian yang maksimal. Jadi, mari kita mengarahkan pandangan ke masa depan dan menjadikan masa lalu sebagai acuan untuk menjadi orang yang lebih baik pada masa kini dan nanti—RE
MASA LALU SEHARUSNYA MENJADI PENDORONG UNTUK MAJU,
BUKANNYA BEBAN YANG MEMBUAT LANGKAH KITA TERTAHAN
BUKANNYA BEBAN YANG MEMBUAT LANGKAH KITA TERTAHAN
Beribadah Dalam Kehidupan
Baca: Amos 5:21-27
Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. (Amos 5:24)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 14:24-16
Kritik itu seperti obat yang pahit, tak enak rasanya tapi banyak gunanya. Memang ada kritik yang dilontarkan sekenanya dan oleh karenanya sering tak seimbang. Namun, ada banyak kritik yang berguna karena disampaikan dengan motivasi yang bersih (walau kritiknya bisa saja tetap setajam pisau bedah).
Amos mengkritik umat Israel yang tinggal di wilayah utara dengan amat tajam, terutama soal kehidupan ibadah dan kehidupan sosial mereka. Ia memperingatkan mereka untuk bertobat agar tidak dihukum. Masalahnya, mereka bebal sehingga pada 722 SM Asyur membumihanguskan negeri mereka. Sebetulnya kehancuran ini bisa dihindari jika umat mau mendengarkan kritikan pedas nabi. Ia mencela mereka karena memisahkan ritus agama dari kesaksian hidup. Ibadah mereka memang rapi, teratur, padat, indah, sistematis, dan rutin. Namun, Tuhan tidak berkenan. Jika dilakukan terpisah dari kesaksian hidup di luar ibadah, ritual semata tidaklah berguna!
Ritus di tempat ibadah dan kehidupan sehari-hari mesti menjadi satu keutuhan. Dalam nas hari ini, Amos menyerukan agar keadilan dan kebenaran selalu ada dan berlimpah dalam hidup kita. Itu yang dikehendaki Tuhan. Ritus perlu berjalan dengan baik, namun bukan berarti kita lalu mengabaikan kebenaran dan keadilan dalam keseharian. Baik dalam ritus ibadah maupun dalam keseharian, kita senantiasa melayani Tuhan dan sesama. Tidak mengotak-ngotakkan, lalu hidup secara munafik dalam dua dunia. Di dunia rohani dan dunia sekuler, kita mesti utuh.—DKL
Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. (Amos 5:24)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 14:24-16
Kritik itu seperti obat yang pahit, tak enak rasanya tapi banyak gunanya. Memang ada kritik yang dilontarkan sekenanya dan oleh karenanya sering tak seimbang. Namun, ada banyak kritik yang berguna karena disampaikan dengan motivasi yang bersih (walau kritiknya bisa saja tetap setajam pisau bedah).
Amos mengkritik umat Israel yang tinggal di wilayah utara dengan amat tajam, terutama soal kehidupan ibadah dan kehidupan sosial mereka. Ia memperingatkan mereka untuk bertobat agar tidak dihukum. Masalahnya, mereka bebal sehingga pada 722 SM Asyur membumihanguskan negeri mereka. Sebetulnya kehancuran ini bisa dihindari jika umat mau mendengarkan kritikan pedas nabi. Ia mencela mereka karena memisahkan ritus agama dari kesaksian hidup. Ibadah mereka memang rapi, teratur, padat, indah, sistematis, dan rutin. Namun, Tuhan tidak berkenan. Jika dilakukan terpisah dari kesaksian hidup di luar ibadah, ritual semata tidaklah berguna!
Ritus di tempat ibadah dan kehidupan sehari-hari mesti menjadi satu keutuhan. Dalam nas hari ini, Amos menyerukan agar keadilan dan kebenaran selalu ada dan berlimpah dalam hidup kita. Itu yang dikehendaki Tuhan. Ritus perlu berjalan dengan baik, namun bukan berarti kita lalu mengabaikan kebenaran dan keadilan dalam keseharian. Baik dalam ritus ibadah maupun dalam keseharian, kita senantiasa melayani Tuhan dan sesama. Tidak mengotak-ngotakkan, lalu hidup secara munafik dalam dua dunia. Di dunia rohani dan dunia sekuler, kita mesti utuh.—DKL
RITUS YANG BENAR ADA DI TENGAH-TENGAH KEHIDUPAN KITA INI:
IBADAH (ROHANI) ADALAH ABODAH (KERJA SEHARI-HARI)
IBADAH (ROHANI) ADALAH ABODAH (KERJA SEHARI-HARI)
Taukah Kita?
Taukah Kita ?
Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.
Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.
Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita.
Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya.
Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita pikiran kita dan ide kita.
Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.
Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut.
Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa mengoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan.
Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.
Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita.
Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam.
Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.
Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.
Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.
Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.
Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita.
Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya.
Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita pikiran kita dan ide kita.
Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.
Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut.
Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa mengoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan.
Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.
Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita.
Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam.
Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.
Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.
Sunday 17 March 2013
Cinta Tidak Menunggu Seseorang Mengatakannya
Cinta Tidak Menunggu Seseorang Mengatakannya
Alkisah ada seorang pria yang menyimpan perasaan pada teman gadisnya. Hingga kemudian pada saat pernikahannya, ia memutuskan untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya pada gadis itu. Namun gadis itu akhirnya hanya menganggap itu hanyalah sebuah canda.
Dan ada seorang pria yang ingin mengatakan pada istrinya betapa ia mencintainya, namun ia tidak pernah mengatakannya, hingga istrinya itu meninggal dunia. Pria itu hingga sekarang terus meletakkan bunga diatas batu nisannya. Dengan ciuman dan kata-kata “AKU CINTA KAMU.” Entah apakah istrinya mengetahui hal itu?
Saat ini ada seorang gadis yang selalu ingin merasakan hangatnya pelukan kasih sayang ayahnya, tapi ia malu untuk mengatakannya. Hingga pada suatu hari ayahnya tak mungkin memeluknya lagi…
Banyak kisah yang terjadi setiap harinya, dan kita mungkin menyadari semua itu. Apa yang telah terjadi kemarin, tak mungkin kembali… tapi apakah kita bisa memastikan apa yang akan terjadi besok?
Pikirkanlah tentang sesuatu yang ingin kita katakan dan janganlah kita selalu menunggu saat yang tepat? Katakanlah cinta dan kasih sayang itu. Jika kau meninggalkan pesta yang ramai dan berjalan bersama, hanya berdua dengan seseorang… itulah cinta.
Ketika kau bersama seseorang, dan kau seringkali mendiamkannya. Tapi ketika ia tak bersamamu dan kau mencarinya… saat itulah kau merasakan cinta.
Jika ada seseorang yang selalu membuatmu tertawa, menatapmu penuh perhatian dan ingin selalu pergi bersamanya. Kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau melihat sebuah foto bersama, dan kau mencari seseorang yang special…(untuk mengetahui siapa yang berada disampingya difoto itu) lalu kau membayangkan dirimu yang ada disana… yakinlah kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau tidak menerima telepon saat kau sibuk belajar, tapi tak mampu menahan diri saat seseorang menelponmu… saat itulah kau sedang jatuh cinta.
Jika kau lebih tertarik menerima sebuah surat pendek dari seseorang daripada surat-surat lain yang panjang… kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau mendapat tiket gratis untuk berdua, dan kau tak ragu-ragu mengajak seseorang, kau sedang jatuh cinta.
Kau terus mengatakan kami hanyalah teman biasa, tapi kau sadar kau tak bisa melepaskan diri darinya… saat itulah kau merasakan cinta.
Cinta bukanlah sesuatu yang buruk dan semua bergantung pada kita bagaimana menginginkannya. Berbagilah, dan katakanlah kepada orang-orang yang berarti bagimu….
Alkisah ada seorang pria yang menyimpan perasaan pada teman gadisnya. Hingga kemudian pada saat pernikahannya, ia memutuskan untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya pada gadis itu. Namun gadis itu akhirnya hanya menganggap itu hanyalah sebuah canda.
Dan ada seorang pria yang ingin mengatakan pada istrinya betapa ia mencintainya, namun ia tidak pernah mengatakannya, hingga istrinya itu meninggal dunia. Pria itu hingga sekarang terus meletakkan bunga diatas batu nisannya. Dengan ciuman dan kata-kata “AKU CINTA KAMU.” Entah apakah istrinya mengetahui hal itu?
Saat ini ada seorang gadis yang selalu ingin merasakan hangatnya pelukan kasih sayang ayahnya, tapi ia malu untuk mengatakannya. Hingga pada suatu hari ayahnya tak mungkin memeluknya lagi…
Banyak kisah yang terjadi setiap harinya, dan kita mungkin menyadari semua itu. Apa yang telah terjadi kemarin, tak mungkin kembali… tapi apakah kita bisa memastikan apa yang akan terjadi besok?
Pikirkanlah tentang sesuatu yang ingin kita katakan dan janganlah kita selalu menunggu saat yang tepat? Katakanlah cinta dan kasih sayang itu. Jika kau meninggalkan pesta yang ramai dan berjalan bersama, hanya berdua dengan seseorang… itulah cinta.
Ketika kau bersama seseorang, dan kau seringkali mendiamkannya. Tapi ketika ia tak bersamamu dan kau mencarinya… saat itulah kau merasakan cinta.
Jika ada seseorang yang selalu membuatmu tertawa, menatapmu penuh perhatian dan ingin selalu pergi bersamanya. Kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau melihat sebuah foto bersama, dan kau mencari seseorang yang special…(untuk mengetahui siapa yang berada disampingya difoto itu) lalu kau membayangkan dirimu yang ada disana… yakinlah kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau tidak menerima telepon saat kau sibuk belajar, tapi tak mampu menahan diri saat seseorang menelponmu… saat itulah kau sedang jatuh cinta.
Jika kau lebih tertarik menerima sebuah surat pendek dari seseorang daripada surat-surat lain yang panjang… kau sedang jatuh cinta.
Ketika kau mendapat tiket gratis untuk berdua, dan kau tak ragu-ragu mengajak seseorang, kau sedang jatuh cinta.
Kau terus mengatakan kami hanyalah teman biasa, tapi kau sadar kau tak bisa melepaskan diri darinya… saat itulah kau merasakan cinta.
Cinta bukanlah sesuatu yang buruk dan semua bergantung pada kita bagaimana menginginkannya. Berbagilah, dan katakanlah kepada orang-orang yang berarti bagimu….
UNGKAPAN JUJUR SEORANG ANAK
UNGKAPAN JUJUR SEORANG ANAK
Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah.
Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun.
Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika:
“Apa yang kamu inginkan ?” Dika hanya menggeleng.
“Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?” tanya saya.
“Biasa-biasa saja” jawab Dika singkat.
Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya.
Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 – 160.
Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas).
Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.
Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika.
Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.
Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan “Aku ingin ibuku :….”
Dika pun menjawab : “membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja”
Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya.
Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana : diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.
Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan “Aku ingin Ayahku …”
Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya “Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu”
Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari,seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.
Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan “Aku ingin ibuku tidak …”
Maka Dika menjawab “Menganggapku seperti dirinya”
Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.
Ketika Psikolog memberikan pertanyaan “Aku ingin ayahku tidak : ..”
Dika pun menjawab “Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa” Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya.
Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.
Ketika Psikolog itu menuliskan “Aku ingin ibuku berbicara tentang …..”
Dika pun menjawab “Berbicara tentang hal-hal yang penting saja”.
Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya.
Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.
Atas pertanyaan “Aku ingin ayahku berbicara tentang …..”,
Dika pun menuliskan “Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku”.
Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan “Aku ingin ibuku setiap hari …..”
Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar “Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku”
Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.
Secarik kertas yang berisi pertanyaan “Aku ingin ayahku setiap hari ….”
Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata: “tersenyum”
Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.
Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan “Aku ingin ibuku memanggilku….”
Dika pun menuliskan “Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus”
Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata “Lanang” yang berarti laki-laki.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi “Aku ingin ayahku memanggilku ..”
Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu “Nama Asli”.
Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan “Paijo” karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. “Persis Paijo, tukang sayur keliling” kata suami saya.
Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan “To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice” sebuah seruan yang mengingatkan bahwa “Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan”.
Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidakhormat dan bermartabat.
Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orang tua harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat yang baik.
Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah.
Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun.
Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika:
“Apa yang kamu inginkan ?” Dika hanya menggeleng.
“Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?” tanya saya.
“Biasa-biasa saja” jawab Dika singkat.
Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya.
Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 – 160.
Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas).
Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.
Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika.
Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.
Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan “Aku ingin ibuku :….”
Dika pun menjawab : “membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja”
Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya.
Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana : diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.
Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan “Aku ingin Ayahku …”
Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya “Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu”
Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari,seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.
Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan “Aku ingin ibuku tidak …”
Maka Dika menjawab “Menganggapku seperti dirinya”
Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.
Ketika Psikolog memberikan pertanyaan “Aku ingin ayahku tidak : ..”
Dika pun menjawab “Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa” Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya.
Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.
Ketika Psikolog itu menuliskan “Aku ingin ibuku berbicara tentang …..”
Dika pun menjawab “Berbicara tentang hal-hal yang penting saja”.
Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya.
Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.
Atas pertanyaan “Aku ingin ayahku berbicara tentang …..”,
Dika pun menuliskan “Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku”.
Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan “Aku ingin ibuku setiap hari …..”
Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar “Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku”
Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.
Secarik kertas yang berisi pertanyaan “Aku ingin ayahku setiap hari ….”
Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata: “tersenyum”
Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.
Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan “Aku ingin ibuku memanggilku….”
Dika pun menuliskan “Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus”
Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata “Lanang” yang berarti laki-laki.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi “Aku ingin ayahku memanggilku ..”
Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu “Nama Asli”.
Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan “Paijo” karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. “Persis Paijo, tukang sayur keliling” kata suami saya.
Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan “To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice” sebuah seruan yang mengingatkan bahwa “Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan”.
Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidakhormat dan bermartabat.
Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orang tua harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat yang baik.
Thursday 14 March 2013
Orang Kudus 15 Maret 2013
Orang Kudus hari ini 15 maret:
SANTA LOUISA DE MARILLAC, JANDA
Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama puteri, milik suster- suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu. Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan menganugerahi seorang anak laki- laki yang dipermandikan dengan nama Mikheal. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan dalam keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerapkali ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.
Untuk mengatasi semua itu, ia giat melakukan pekerjaan- pekerjaan amal dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu- waktu senggang. Pekerjaan- pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang- orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas penyelenggaraan Ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales. Pada hari raya pentekosta tahun 1623, ia mengalami suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang akan mengabdikan hidupnya kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan, ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara.
Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Louisa mulai memasuki corak hidup baru seperti yang dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai Bapa pengakuannya. Oleh Vinsensius ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Prancis. Pada tahun 1633, Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis- gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal tersebut.
Tugas ini perlahan- lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru: Tarekat Puteri- puteri Kasih. Tarekat ini berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis. Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang- orang sakit. Kemudian tarekat ini mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Louisa tetap menjadi pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kepada kepada para miskin dan pengemis. Sebab didalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata. Louisa meninggal pada tanggal 15 Maret 1660. Ia meninggal dengan penuh kasih dalam diri para miskin dan orang sakit. Putri- putri Kasih ini berkarya juga di Indonesia yakni di Surabaya.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/
"NON MULTA SED MULTUM"
SANTA LOUISA DE MARILLAC, JANDA
Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama puteri, milik suster- suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu. Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan menganugerahi seorang anak laki- laki yang dipermandikan dengan nama Mikheal. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan dalam keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerapkali ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.
Untuk mengatasi semua itu, ia giat melakukan pekerjaan- pekerjaan amal dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu- waktu senggang. Pekerjaan- pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang- orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas penyelenggaraan Ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales. Pada hari raya pentekosta tahun 1623, ia mengalami suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang akan mengabdikan hidupnya kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan, ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara.
Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Louisa mulai memasuki corak hidup baru seperti yang dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai Bapa pengakuannya. Oleh Vinsensius ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Prancis. Pada tahun 1633, Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis- gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal tersebut.
Tugas ini perlahan- lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru: Tarekat Puteri- puteri Kasih. Tarekat ini berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis. Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang- orang sakit. Kemudian tarekat ini mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Louisa tetap menjadi pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kepada kepada para miskin dan pengemis. Sebab didalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata. Louisa meninggal pada tanggal 15 Maret 1660. Ia meninggal dengan penuh kasih dalam diri para miskin dan orang sakit. Putri- putri Kasih ini berkarya juga di Indonesia yakni di Surabaya.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/
"NON MULTA SED MULTUM"
Renungan Dan Bacaan Injil Hari Ini 15/03/2013
BACAAN INJIL HARI INI 15/03/2013
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes (7:1-2,10,25-30)
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya."
Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Demikianlah Sabda Tuhan,
Bersabdalah ya Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengarkan (bdk 1Sam 3:9-10)
** RENUNGAN HARI INI **
Anak-anak Bundaku,
Hidup lurus, benar dan jujur dari seseorang akan dipandang sebagai gangguan oleh orang-orang yang hidupnya tidak benar, tidak lurus dan tidak jujur.
Orang semacam ini, akan membuat "borok dan kejahatan" orang itu akan semakin jelas terlihat.
Orang jahat ini, akan berusaha semaksimal mungkin "menarik" orang yang benar ini menjadi bagian dalam kejahatannya, masuk dalam sebuah konspirasi dimana kejahatan menjadi tuannya.
Suara-suara yang mengkritisi sebuah keadaan dipandang sebagai penghalang, sebagai batu sandungan.
Namun, hari ini Yesus mengajak kita untuk selalu berani menyuarakan kebenaran Allah, walaupun kita akan dipaksa berada pada sebuah situasi dimana kita dicela, dihina dan difitnah.
Iman dan Harapan yang kuat kepada Allah dan penyerahan diri seutuhnya pada pimpinan-Nya, akan membuat kita bertahan dan menang pada saatnya nanti..
Sang Kebenaran sudah dihabisi, namun Kebenaran yang disuarakan-Nya tidak akan bisa dihabisi.
Salam dan doaku untuk keluargamu...
† Dominus illuminatio mea
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes (7:1-2,10,25-30)
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya."
Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Demikianlah Sabda Tuhan,
Bersabdalah ya Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengarkan (bdk 1Sam 3:9-10)
** RENUNGAN HARI INI **
Anak-anak Bundaku,
Hidup lurus, benar dan jujur dari seseorang akan dipandang sebagai gangguan oleh orang-orang yang hidupnya tidak benar, tidak lurus dan tidak jujur.
Orang semacam ini, akan membuat "borok dan kejahatan" orang itu akan semakin jelas terlihat.
Orang jahat ini, akan berusaha semaksimal mungkin "menarik" orang yang benar ini menjadi bagian dalam kejahatannya, masuk dalam sebuah konspirasi dimana kejahatan menjadi tuannya.
Suara-suara yang mengkritisi sebuah keadaan dipandang sebagai penghalang, sebagai batu sandungan.
Namun, hari ini Yesus mengajak kita untuk selalu berani menyuarakan kebenaran Allah, walaupun kita akan dipaksa berada pada sebuah situasi dimana kita dicela, dihina dan difitnah.
Iman dan Harapan yang kuat kepada Allah dan penyerahan diri seutuhnya pada pimpinan-Nya, akan membuat kita bertahan dan menang pada saatnya nanti..
Sang Kebenaran sudah dihabisi, namun Kebenaran yang disuarakan-Nya tidak akan bisa dihabisi.
Salam dan doaku untuk keluargamu...
† Dominus illuminatio mea
Sambutan Perdana Paus Fransiskus I (dari Balokn Basilika St.Petrus)
Sambutan Perdana Paus Fransiskus I (dari Balkon Basilika Santu Petrus)
"Saudara dan saudari, selamat sore ! kamu tahu bahwa tugas konklaf adalah memberikan seorang Uskup untuk Roma. Nampak bahwa saudara-saudaraku kardinal sudah pergi mengambilnya hampir dari ujung dunia. Tapi, kita sekarang ada di sini. Saya berterima kasih atas penerimaan, kepada komunitas diosis Roma, kepada Uskupnya, terima kasih. Pertama-tama saya ingin berdoa untuk Uskup Emiritus Bendiktus XVI. Kita semua berdoa untuk dia, semoga Tuhan memberkatinya dan semoga Maria melindunginya.”
Kemudian didoakan bersama doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan.
"Dan sekarang kita memulaikan perjalanan ini, Uskup dan Umat, perjalanan Gereja Roma, perjalanan dari Gereja yang memimpin dalam kasih semua gereja. Suatu perjalanan persaudaraan, cinta dan kepercayaan antara kita. Kita senantiasa berdoa untuk kita, satu sama lain, kita berdoa untuk dunia, agar dunia menjadi bagi kita suatu persaudaraan yang besar. Saya berharap agar perjalanan yang kita mulaikan saat ini – Kardinal Vicaris yang hadir di sini akan membantu saya – akan berbuah untuk karya penginjilan di kota yang senantiasa indah ini. Sekarang saya ingin memberikan berkat, namun pertama-tama saya memohon kebaikan anda. Sebelum Uskup memberkati umat, saya minta agar anda berdoa kepada Tuhan supaya Dia memberkati saya, doa dari umat yang memohon berkat bagi Uskupnya. Kita hening untuk doa anda bagi saya.
….. hening sejenak ……..
Sekarang saya akan memberikan berkat kepada anda dan kepada seluruh dunia, kepada semua orang (pria dan wanita) yang berkehendak baik.
… kemudian didoakan rumus berkat dalam bahas Latin seraya memberikan Indulgensi …….
“Terima aksih banyak atas penerimaan. Doakanlah saya dan kita akan berjumpa lagi sesegera mungkin. Besok saya ingin pergi berdoa kepada maria agar ia melindungi Roma seluruhnya. Selamat malam dan selamat beristirahat.”
Apostolic Blessing "Urbi et Orbi":
Brothers and sisters, good evening!
You know that it was the duty of the Conclave to give Rome a Bishop. It seems that my brother Cardinals have gone to the ends of the earth to get one... but here we are... I thank you for your welcome. The diocesan community of Rome now has its Bishop. Thank you! And first of all, I would like to offer a prayer for our Bishop Emeritus, Benedict XVI. Let us pray together for him, that the Lord may bless him and that Our Lady may keep him.
Our Father...
Hail Mary...
Glory Be...
And now, we take up this journey: Bishop and People. This journey of the Church of Rome which presides in charity over all the Churches. A journey of fraternity, of love, of trust among us. Let us always pray for one another. Let us pray for the whole world, that there may be a great spirit of fraternity. It is my hope for you that this journey of the Church, which we start today, and in which my Cardinal Vicar, here present, will assist me, will be fruitful for the evangelization of this most beautiful city.
And now I would like to give the blessing, but first - first I ask a favour of you: before the Bishop blesses his people, I ask you to pray to the Lord that he will bless me: the prayer of the people asking the blessing for their Bishop. Let us make, in silence, this prayer: your prayer over me.
[...]
Now I will give the Blessing to you and to the whole world, to all men and women of good will.
[Blessing]
Brothers and sisters, I leave you now. Thank you for your welcome. Pray for me and until we meet again. We will see each other soon. Tomorrow I wish to go and pray to Our Lady, that she may watch over all of Rome. Good night and sleep well!
OBSERVASI DALAM IMAN
Baca: Amsal 9:1-10
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (Amsal 9:10)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yosua 4-6
Banyak dari kita yang dididik dengan sistem yang memisahkan antara observasi ilmiah dan iman. Kita diajarkan bahwa planet bergerak karena gaya gravitasi. Titik! Tidak diajarkan bahwa pergerakan planet tersebut berlangsung karena ada Pribadi Ilahi yang mengatur alam semesta.
Pola pikir semacam ini selanjutnya membentuk cara pandang kita terhadap hal-hal di sekitar kita. Kita terbiasa mengobservasi kejadian di sekitar kita hanya berdasarkan pada apa yang terlihat, tanpa mengkaitkannya dengan iman.
Sikap ini sebetulnya tidak sesuai dengan apa yang kita baca dalam perikop Alkitab hari ini. Di situ dikatakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan dan hikmat, takut akan Tuhan adalah syarat mutlaknya (ay. 10). Ini berarti pengetahuan yang benar sebetulnya hanya bisa didapatkan di dalam iman. Ketika sebuah fakta diobservasi terlepas dari iman, banyak hikmat dan pengetahuan yang hilang begitu saja.
Mari kita ambil contoh proses penerbitan RH yang sedang Anda baca ini. Sepintas lalu tampaknya tidak ada yang spesial di sana. Tetapi, kalau kita observasi proses tersebut dalam iman, kita menemukan bagaimana Allah menginspirasi para penulis, memberi hikmat bagi redaksi dalam penyuntingan, menyediakan penerbit, menjaga selama proses pengiriman sampai renungan ini tiba di tangan Anda. Kita mendapati betapa Allah bekerja dalam segala hal dan betapa kita bergantung satu sama lain. Kita juga melihat betapa banyak hikmat yang bisa kita peroleh ketika kita mengobservasi sesuatu dalam iman.—ALS
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (Amsal 9:10)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yosua 4-6
Banyak dari kita yang dididik dengan sistem yang memisahkan antara observasi ilmiah dan iman. Kita diajarkan bahwa planet bergerak karena gaya gravitasi. Titik! Tidak diajarkan bahwa pergerakan planet tersebut berlangsung karena ada Pribadi Ilahi yang mengatur alam semesta.
Pola pikir semacam ini selanjutnya membentuk cara pandang kita terhadap hal-hal di sekitar kita. Kita terbiasa mengobservasi kejadian di sekitar kita hanya berdasarkan pada apa yang terlihat, tanpa mengkaitkannya dengan iman.
Sikap ini sebetulnya tidak sesuai dengan apa yang kita baca dalam perikop Alkitab hari ini. Di situ dikatakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan dan hikmat, takut akan Tuhan adalah syarat mutlaknya (ay. 10). Ini berarti pengetahuan yang benar sebetulnya hanya bisa didapatkan di dalam iman. Ketika sebuah fakta diobservasi terlepas dari iman, banyak hikmat dan pengetahuan yang hilang begitu saja.
Mari kita ambil contoh proses penerbitan RH yang sedang Anda baca ini. Sepintas lalu tampaknya tidak ada yang spesial di sana. Tetapi, kalau kita observasi proses tersebut dalam iman, kita menemukan bagaimana Allah menginspirasi para penulis, memberi hikmat bagi redaksi dalam penyuntingan, menyediakan penerbit, menjaga selama proses pengiriman sampai renungan ini tiba di tangan Anda. Kita mendapati betapa Allah bekerja dalam segala hal dan betapa kita bergantung satu sama lain. Kita juga melihat betapa banyak hikmat yang bisa kita peroleh ketika kita mengobservasi sesuatu dalam iman.—ALS
MENGOBSERVASI DALAM IMAN MENELURKAN HIKMAT
DAN PENGETAHUAN YANG MELIMPAH
DAN PENGETAHUAN YANG MELIMPAH
Kisah Inspiratif - A Love Story
A Love Story
Suatu hari aku bangun pagi-pagi sekali untuk menyaksikan matahari terbit. Sungguh keindahan Tuhan tak dapat dilukiskan dengan kata – kata. Sambil menyaksikan keindahan ciptaannya, saya memuji Tuhan atas karyaNya yang begitu indah. Saat itulah, Tuhan datang kepada saya
Dia bertanya : “Apakah kamu mencintaiKU ?”. Aku menjawab “Tentu saja Tuhan! Engkau adalah Tuhanku dan Juru Selamatku !
Lalu Dia bertanya ” Jika kamu cacat fisik , apakah kamu masih tetap mencintaiKu?” Aku terpana. Lalu aku melihat tanganku, kakiku, anggota-anggota tubuhku lainnya dan berpikir mengenai banyak hal yang tak mungkin kulakukan bila aku cacat fisik. Hal-hal yang kuanggap sesuatu yang sudah sewajarnya dapat aku lakukan. Lalu aku menjawab “Itu akan menjadi hal yang sulit Tuhan, tetapi aku akan tetap mencintaiMU
Lalu Tuhan bertanya lagi “Jika kamu buta, apakah kamu akan tetap mencintai ciptaan-ciptaanKU?” Bagaimana mungkin aku mencintai sesuatu tanpa mampu melihatnya? lalu aku berpikir mengenai semua orang buta di dunia ini. Dan betapa banyak dari mereka yang masih mencintai Tuhan dan ciptaan-ciptaanNya. Lalu aku menjawab ” Aku sulit membayangkannya Tuhan, tapi aku akan tetap mencintaiMu”
Tuhan bertanya lagi ,” Jika kamu tuli apakah kamu akan tetap mendengarkan perkataan-perkataanKu?” Bagaimana mungkin aku mendengarkan sesuatu jika aku tuli? Kemudian aku mengerti Mendengarkan perkataan – perkataan Tuhan tidak hanya dengan menggunakan telinga kita , tetapi menggunakan hati kita. Aku menjawab ” Itu akan menjadi hal yang sulit Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan perkataan – perkataanMu.”
Tuhan bertanya kembali “Jika kamu bisu , apakah kamu tetap memuji namaKu ?” Bagaimana mungkin aku memuji tanpa suara? Lalu aku menyadari bahwa Tuhan mau kita memuji dari hati dan jiwa kita. Betapapun indahnya suara kita tidak pernah menjadi masalah. Dengan memuji Tuhan tidak hanya dengan nyanyian > Melainkan saat kita mengalami cobaan, kita tetap memuji Tuhan dan berterima kasih atas berkat-berkatNya. Jadi aku menjawab “Meskipun aku tidak dapat menyanyi aku akan tetap memuji namaMU”
Lalu Tuhan bertanya ” Apakah kamu sungguh-sungguh mencintaiKu?” Dengan penuh keberanian dan keyakinan aku menjawab “Ya Tuhan ! Saya mencintaiMu karena Engkau satu-satunya Tuhan yang benar !” “Lalu mengapa engkau berbuat dosa ?” Aku menjawab “Karena aku hanyalah seorang manusia, aku tidak sempurna” “Lalu mengapa pada saat-saat damai, engkau menjauh? Mengapa hanya pada saat menghadapi masalah engkau berdoa dengan sungguh-sungguh ?” Tidak ada jawaban. Hanya ada air mata.
Tuhan lalu melanjutkan “Mengapa hanya bernyanyi pada saat persekutuan dan retret? mengapa mencariKu hanya pada saat penyembahan? Mengapa meminta dengan egois? Mengapa meinta tanpa didasari iman?” Air mata terus membasahi pipiku
“Mengapa kamu malu terhadapKu? Mengapa kamu tidak menyebarkan injil? Mengapa pada saat mengalami pencobaan, kamu berpaling pada sesama ketika aku menawarkan diriKu sebagai tempat berpaling? mengapa membuat alasan-alasan saat Aku memberimu kesempatan untuk melayaniKU?” Aku mencoba menjawab , tetapi tidak ada jawaban yang dapat diberikan
” Kamu telah dianugrahkan hidup. Aku menciptakanmu bukan untuk menyia-nyiakan anugerah ini. Kamu telah dianugrahkan bakat-bakat untuk melayaniKu, tetapi kamu terus berpaling dariKU. Aku telah menyampaikan perkataan – perkataanKU kepadamu, tetapi kamu tidak mendapatkan pengajaran. Aku telah menunjukkan berkat-berkatKu kepadamu, tapi matamu tidak tertuju padaKu. Aku telah mendengar doa-doamu dan Aku telah menjawab semua doamu.” APAKAH KAMU BENAR-BENAR MENCINTAIKU ?” Aku tidak dapat menjwab. Bagaimana mungkin aku dapat? Aku merasa amat malu. Aku tidak mempunyai alasan lagi. Apa yang dapat aku katakan tentang hal ini? Ketika hatiku telah selesai menangis aku berkata ” Mohon ampuni saya Tuhan, Aku tidak layak untuk menjadi anakMU”. Tuhan menjawab “Itulah kasih karuniaKu, anakKU.”
Aku bertanya “Lalu mengapa Engkau terus-menerus mengampuniku? Jawab Tuhan ” Karena engkau adalah ciptaanKu. Kamu adalah anakkKu. Aku tidak pernah mengabaikanmu. Saat engkau menangis, Aku ikut sedih dan menangis bersamamu. Saat engkau berteriak dalam kegembiraan , Aku ikut tertawa bersamamu. Saat engkau putus asa Aku akan menyemangatimu. Saat engkau lelah Aku akan menopangmu. Aku akan bersamamu setiap saat dan Aku akan mencintaimu selamanya.”
Belum pernah aku menangis sekeras ini. Bagaimana mungkin aku telah berlaku sebegitu dingin padaNya? Bagaimana mungkin aku telah menyakiti Tuhan sedemikian rupa? Aku bertanya kepada Tuhan “Seberapa besar kasihMu padaku , Tuhan? Tuhan membentangkan kedua tanganNya. Dan mataku terpaku di kayu salib.aku berlutut di kaki Tuhan, Juru Selamatku . Dan untuk pertama kalinya , aku benar-benar berdoa.
Suatu hari aku bangun pagi-pagi sekali untuk menyaksikan matahari terbit. Sungguh keindahan Tuhan tak dapat dilukiskan dengan kata – kata. Sambil menyaksikan keindahan ciptaannya, saya memuji Tuhan atas karyaNya yang begitu indah. Saat itulah, Tuhan datang kepada saya
Dia bertanya : “Apakah kamu mencintaiKU ?”. Aku menjawab “Tentu saja Tuhan! Engkau adalah Tuhanku dan Juru Selamatku !
Lalu Dia bertanya ” Jika kamu cacat fisik , apakah kamu masih tetap mencintaiKu?” Aku terpana. Lalu aku melihat tanganku, kakiku, anggota-anggota tubuhku lainnya dan berpikir mengenai banyak hal yang tak mungkin kulakukan bila aku cacat fisik. Hal-hal yang kuanggap sesuatu yang sudah sewajarnya dapat aku lakukan. Lalu aku menjawab “Itu akan menjadi hal yang sulit Tuhan, tetapi aku akan tetap mencintaiMU
Lalu Tuhan bertanya lagi “Jika kamu buta, apakah kamu akan tetap mencintai ciptaan-ciptaanKU?” Bagaimana mungkin aku mencintai sesuatu tanpa mampu melihatnya? lalu aku berpikir mengenai semua orang buta di dunia ini. Dan betapa banyak dari mereka yang masih mencintai Tuhan dan ciptaan-ciptaanNya. Lalu aku menjawab ” Aku sulit membayangkannya Tuhan, tapi aku akan tetap mencintaiMu”
Tuhan bertanya lagi ,” Jika kamu tuli apakah kamu akan tetap mendengarkan perkataan-perkataanKu?” Bagaimana mungkin aku mendengarkan sesuatu jika aku tuli? Kemudian aku mengerti Mendengarkan perkataan – perkataan Tuhan tidak hanya dengan menggunakan telinga kita , tetapi menggunakan hati kita. Aku menjawab ” Itu akan menjadi hal yang sulit Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan perkataan – perkataanMu.”
Tuhan bertanya kembali “Jika kamu bisu , apakah kamu tetap memuji namaKu ?” Bagaimana mungkin aku memuji tanpa suara? Lalu aku menyadari bahwa Tuhan mau kita memuji dari hati dan jiwa kita. Betapapun indahnya suara kita tidak pernah menjadi masalah. Dengan memuji Tuhan tidak hanya dengan nyanyian > Melainkan saat kita mengalami cobaan, kita tetap memuji Tuhan dan berterima kasih atas berkat-berkatNya. Jadi aku menjawab “Meskipun aku tidak dapat menyanyi aku akan tetap memuji namaMU”
Lalu Tuhan bertanya ” Apakah kamu sungguh-sungguh mencintaiKu?” Dengan penuh keberanian dan keyakinan aku menjawab “Ya Tuhan ! Saya mencintaiMu karena Engkau satu-satunya Tuhan yang benar !” “Lalu mengapa engkau berbuat dosa ?” Aku menjawab “Karena aku hanyalah seorang manusia, aku tidak sempurna” “Lalu mengapa pada saat-saat damai, engkau menjauh? Mengapa hanya pada saat menghadapi masalah engkau berdoa dengan sungguh-sungguh ?” Tidak ada jawaban. Hanya ada air mata.
Tuhan lalu melanjutkan “Mengapa hanya bernyanyi pada saat persekutuan dan retret? mengapa mencariKu hanya pada saat penyembahan? Mengapa meminta dengan egois? Mengapa meinta tanpa didasari iman?” Air mata terus membasahi pipiku
“Mengapa kamu malu terhadapKu? Mengapa kamu tidak menyebarkan injil? Mengapa pada saat mengalami pencobaan, kamu berpaling pada sesama ketika aku menawarkan diriKu sebagai tempat berpaling? mengapa membuat alasan-alasan saat Aku memberimu kesempatan untuk melayaniKU?” Aku mencoba menjawab , tetapi tidak ada jawaban yang dapat diberikan
” Kamu telah dianugrahkan hidup. Aku menciptakanmu bukan untuk menyia-nyiakan anugerah ini. Kamu telah dianugrahkan bakat-bakat untuk melayaniKu, tetapi kamu terus berpaling dariKU. Aku telah menyampaikan perkataan – perkataanKU kepadamu, tetapi kamu tidak mendapatkan pengajaran. Aku telah menunjukkan berkat-berkatKu kepadamu, tapi matamu tidak tertuju padaKu. Aku telah mendengar doa-doamu dan Aku telah menjawab semua doamu.” APAKAH KAMU BENAR-BENAR MENCINTAIKU ?” Aku tidak dapat menjwab. Bagaimana mungkin aku dapat? Aku merasa amat malu. Aku tidak mempunyai alasan lagi. Apa yang dapat aku katakan tentang hal ini? Ketika hatiku telah selesai menangis aku berkata ” Mohon ampuni saya Tuhan, Aku tidak layak untuk menjadi anakMU”. Tuhan menjawab “Itulah kasih karuniaKu, anakKU.”
Aku bertanya “Lalu mengapa Engkau terus-menerus mengampuniku? Jawab Tuhan ” Karena engkau adalah ciptaanKu. Kamu adalah anakkKu. Aku tidak pernah mengabaikanmu. Saat engkau menangis, Aku ikut sedih dan menangis bersamamu. Saat engkau berteriak dalam kegembiraan , Aku ikut tertawa bersamamu. Saat engkau putus asa Aku akan menyemangatimu. Saat engkau lelah Aku akan menopangmu. Aku akan bersamamu setiap saat dan Aku akan mencintaimu selamanya.”
Belum pernah aku menangis sekeras ini. Bagaimana mungkin aku telah berlaku sebegitu dingin padaNya? Bagaimana mungkin aku telah menyakiti Tuhan sedemikian rupa? Aku bertanya kepada Tuhan “Seberapa besar kasihMu padaku , Tuhan? Tuhan membentangkan kedua tanganNya. Dan mataku terpaku di kayu salib.aku berlutut di kaki Tuhan, Juru Selamatku . Dan untuk pertama kalinya , aku benar-benar berdoa.
Kisah Inspiratif - Batu dan Mutiara
Batu Dan Mutiara
Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.
Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.
Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”. Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada.
Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia.
Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu “Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian ? Mengapa engkau mengecewakan aku ?”
Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh ? Mengapa engkau berkeluh kesah ? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu ? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku ? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali”.
Mengertikah apakah maksud cerita di atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat ? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu ? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita ? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau ? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.
Ingatlah Yer 29:11 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ? Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari esok yang penuh harapan. dan ingatlah akan ayat 12: Maka kamu akan berseru dan datang kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.
Tuhan memberkati.
Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.
Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.
Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”. Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada.
Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia.
Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu “Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian ? Mengapa engkau mengecewakan aku ?”
Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh ? Mengapa engkau berkeluh kesah ? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu ? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku ? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali”.
Mengertikah apakah maksud cerita di atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat ? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu ? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita ? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau ? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.
Ingatlah Yer 29:11 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ? Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari esok yang penuh harapan. dan ingatlah akan ayat 12: Maka kamu akan berseru dan datang kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.
Tuhan memberkati.
Nikita - Ajarku MengenalMu
Tak ada yang kubanggakan s’lain diri-Mu
Tak ada yang kuinginkan hanyalah Engkau
Ajarku mengenal-Mu
Bawaku lebih mengenal-Mu
Pribadi-Mu yang ‘ku rindu
Ajarku mengenal-Mu
Aku ingin tinggal dalam pelataran-Mu
Aku ingin lebih dalam di hadirat-Mu
Tak ada yang kuinginkan hanyalah Engkau
Ajarku mengenal-Mu
Bawaku lebih mengenal-Mu
Pribadi-Mu yang ‘ku rindu
Ajarku mengenal-Mu
Aku ingin tinggal dalam pelataran-Mu
Aku ingin lebih dalam di hadirat-Mu
Sammy Simorangkir - Permata Hatiku
Dengan seg’nap hati dan jiwaku
Ku datang padaMu dalam kerinduan
Kasih Mu yang sanggup mengubahku
Dan menguatkanku dalam pengharapan
Yesus Engkaulah permataku
Dunia tak dapat menggantikanMu
KemuliaanMu tercurah bagiku
Menjadikanku indah dan semakin indah bagiMu
Dengan seg’nap hati dan jiwaku
Ku datang padaMu dalam kerinduan
Kasih Mu yang sanggup mengubahku
Dan menguatkanku dalam pengharapan
Yesus Engkaulah permataku
Dunia tak dapat menggantikanMu
KemuliaanMu tercurah bagiku
Menjadikanku indah dan semakin indah bagiMu
Ku datang padaMu dalam kerinduan
Kasih Mu yang sanggup mengubahku
Dan menguatkanku dalam pengharapan
Yesus Engkaulah permataku
Dunia tak dapat menggantikanMu
KemuliaanMu tercurah bagiku
Menjadikanku indah dan semakin indah bagiMu
Dengan seg’nap hati dan jiwaku
Ku datang padaMu dalam kerinduan
Kasih Mu yang sanggup mengubahku
Dan menguatkanku dalam pengharapan
Yesus Engkaulah permataku
Dunia tak dapat menggantikanMu
KemuliaanMu tercurah bagiku
Menjadikanku indah dan semakin indah bagiMu
Regina Idol - Anugerah Terindah
Kau tahu hatiku Tuhan
Kau tahu rinduku Tuhan
Kau tahu harapku
Kau tahu mimpiku
DitanganMu Tuhan
Dalam segenap jalanku
Dalam setiap langkahku
Hanya Kau Tuhan
Yang ku andalakan
Menghadapi semua
Reff:
Yesus Kau anugerah terindah dalam hidupku
Kau sungguh berarti disetiap jalanku
AnugerahMu selalu mempesonahku..
Yesus Kau terbaik….
Yesus Kau termanis… didalam hidupku
Kau tahu rinduku Tuhan
Kau tahu harapku
Kau tahu mimpiku
DitanganMu Tuhan
Dalam segenap jalanku
Dalam setiap langkahku
Hanya Kau Tuhan
Yang ku andalakan
Menghadapi semua
Reff:
Yesus Kau anugerah terindah dalam hidupku
Kau sungguh berarti disetiap jalanku
AnugerahMu selalu mempesonahku..
Yesus Kau terbaik….
Yesus Kau termanis… didalam hidupku
Lagu Persembahan - Kami Unjukkan Kami Sembahkan
Lagu Rohani Katolik - Kami Unjukkan Kami Sembahkan
Lagu Persembahan
cr: Youtube
http://www.youtube.com/watch?v=UJjn6l2GGyU
Lagu Persembahan
cr: Youtube
http://www.youtube.com/watch?v=UJjn6l2GGyU
Wednesday 13 March 2013
Orang Kudus 14 Maret 2013
Orang Kudus 14 Maret
Santa Matilda
St. Matilda dilahirkan sekitar tahun 895, sebagai putri dari seorang bangsawan Jerman. Ketika masih muda usianya, orangtuanya telah mengatur pernikahan baginya dengan seorang bangsawan bernama Henry. Segera setelah mereka menikah, Henry menjadi raja Jerman. Sebagai ratu, Matilda hidup sederhana dengan meluangkan banyak waktu untuk berdoa. Setiap orang yang melihatnya akan melihat bagaimana lemah lembut serta baik hatinya ia. Ia berperan lebih sebagai ibu daripada sebagai ratu. Ratu suka mengunjungi serta menghibur mereka yang sakit. Ia menolong orang-orang di penjara. Matilda tidak mau memanjakan dirinya oleh karena kedudukannya, melainkan ia berusaha untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Raja Henry menyadari bahwa isterinya adalah seorang yang luar biasa. Berulangkali dikatakan raja kepada isterinya bahwa ia menjadi orang yang lebih baik serta menjadi raja yang lebih baik oleh karena Matilda adalah isterinya. Walaupun perkawinan mereka direncanakan oleh orangtua mereka, namun Henry dan Matilda saling mengasihi satu sama lain.
Matilda diberi kebebasan mempergunakan kekayaan kerajaan untuk karya belas kasihnya dan Henry tidak pernah mempertanyakannya. Sebaliknya, raja menjadi lebih sadar akan kebutuhan rakyatnya. Raja sadar bahwa dengan kedudukannya, ia mempunyai kuasa untuk meringankan beban penderitaan rakyat. Pasangan tersebut hidup berbahagia selama duapuluh tiga tahun. Kemudian Raja Henry meninggal dunia secara tiba-tiba pada tahun 936. Ratu merasa teramat sedih atas kepergian suaminya. Ia kemudian memutuskan untuk hidup bagi Tuhan saja.
Demikianlah ratu meminta imam untuk mempersembahkan Misa bagi keselamatan jiwa Raja Henry. Lalu ratu memberikan seluruh perhiasan yang dikenakannya kepada imam. Dengan berbuat demikian, ia hendak menunjukkan tekadnya untuk sejak saat itu meninggalkan segala urusan duniawi.
Meskipun ia seorang kudus, Matilda juga melakukan suatu kesalahan besar. Ia lebih berpihak kepada puteranya, Henry, daripada puteranya yang lain, Otto, dalam perjuangan mereka memperebutkan tahta kerajaan. Ia menyesal telah melakukan kesalahan seperti itu. Ia berusaha memperbaiki kesalahannya dengan menerima tanpa berkeluh-kesah segala penderitaan yang harus ditanggungnya. Setelah tahun-tahun dilewatinya dengan melakukan karya belas kasih dan silih, St. Matilda wafat dengan tenang pada tahun 968. Ia dimakamkan disamping saminya.
Santa Matilda
St. Matilda dilahirkan sekitar tahun 895, sebagai putri dari seorang bangsawan Jerman. Ketika masih muda usianya, orangtuanya telah mengatur pernikahan baginya dengan seorang bangsawan bernama Henry. Segera setelah mereka menikah, Henry menjadi raja Jerman. Sebagai ratu, Matilda hidup sederhana dengan meluangkan banyak waktu untuk berdoa. Setiap orang yang melihatnya akan melihat bagaimana lemah lembut serta baik hatinya ia. Ia berperan lebih sebagai ibu daripada sebagai ratu. Ratu suka mengunjungi serta menghibur mereka yang sakit. Ia menolong orang-orang di penjara. Matilda tidak mau memanjakan dirinya oleh karena kedudukannya, melainkan ia berusaha untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Raja Henry menyadari bahwa isterinya adalah seorang yang luar biasa. Berulangkali dikatakan raja kepada isterinya bahwa ia menjadi orang yang lebih baik serta menjadi raja yang lebih baik oleh karena Matilda adalah isterinya. Walaupun perkawinan mereka direncanakan oleh orangtua mereka, namun Henry dan Matilda saling mengasihi satu sama lain.
Matilda diberi kebebasan mempergunakan kekayaan kerajaan untuk karya belas kasihnya dan Henry tidak pernah mempertanyakannya. Sebaliknya, raja menjadi lebih sadar akan kebutuhan rakyatnya. Raja sadar bahwa dengan kedudukannya, ia mempunyai kuasa untuk meringankan beban penderitaan rakyat. Pasangan tersebut hidup berbahagia selama duapuluh tiga tahun. Kemudian Raja Henry meninggal dunia secara tiba-tiba pada tahun 936. Ratu merasa teramat sedih atas kepergian suaminya. Ia kemudian memutuskan untuk hidup bagi Tuhan saja.
Demikianlah ratu meminta imam untuk mempersembahkan Misa bagi keselamatan jiwa Raja Henry. Lalu ratu memberikan seluruh perhiasan yang dikenakannya kepada imam. Dengan berbuat demikian, ia hendak menunjukkan tekadnya untuk sejak saat itu meninggalkan segala urusan duniawi.
Meskipun ia seorang kudus, Matilda juga melakukan suatu kesalahan besar. Ia lebih berpihak kepada puteranya, Henry, daripada puteranya yang lain, Otto, dalam perjuangan mereka memperebutkan tahta kerajaan. Ia menyesal telah melakukan kesalahan seperti itu. Ia berusaha memperbaiki kesalahannya dengan menerima tanpa berkeluh-kesah segala penderitaan yang harus ditanggungnya. Setelah tahun-tahun dilewatinya dengan melakukan karya belas kasih dan silih, St. Matilda wafat dengan tenang pada tahun 968. Ia dimakamkan disamping saminya.
UNDANGAN DOA UNTUK PARA IMAM
UNDANGAN BERDOA BERSAMA untuk PARA IMAM
UNDANGAN BERDOA BERSAMA untuk PARA IMAM
(GARDA IMAMAT KEKAL - Gerakan Doa Imamat Kekal)
GARDA IMAMAT KEKAL - Gerakan Doa Imamat Kekal adalah sebentuk kepedulian kita (umat maupun klerus) untuk berdoa bagi keselamatan jiwa dan keselamatan panggilan para Imam Gereja agar dijauhkan dari godaan, dianugerahi kemampuan dan kemauan untuk melangkah bersama Kristus untuk menggembalakan domba2Nya dengan setia.
Komitmen GarDa Imamat Kekal adalah:
1. Berdoa setiap KAMIS pukul 20.00 dengan perantaraan St. Yoannes Maria Vianney untuk kesetiaan panggilan Imamat dan keselamatan jiwa para Imam Gereja Kristus.
2. Menumbuhkan kepedulian umat untuk mengingatkan para Imam yang dirasa mengalami krisis dan godaan panggilan.
3. Menumbuhkan kepedulian dan kesadaran umat akan "imamat umum" yang telah diterima melalui Sakramen Baptis.
Dengan begitu, diharapkan umat memiliki kesadaran untuk TIDAK HANYA meminta Berkat dari tangan Imam tapi juga memohonkan Berkat Allah bagi para Imam.
Bagi saudara-saudari seiman yang peduli dengan apa yang dirasakan dalam posting undangan ini, diharap mau meneruskan posting ini.
Salam Kasih dalam Kristus Yesus;
Gerakan Doa Imamat Kekal
------------------------------------------------------------------------
Dengan mempertimbangkan saran beberapa sahabat yang berada di Indonesia bagian Tengah dan bagian Timur, maka ujud doa untuk para imam akan dimuat SETIAP HARI KAMIS mulai pukul 19.00 WIB, sehingga semua sahabat di WITA dan WIT masih dapat berdoa bersama bagi para imam/biarawan-biarawati.
SILAHKAN DIBAGIKAN/SEBARKAN/BROADCAST undangan ini...
† Dominus illuminatio mea
(GARDA IMAMAT KEKAL - Gerakan Doa Imamat Kekal)
GARDA IMAMAT KEKAL - Gerakan Doa Imamat Kekal adalah sebentuk kepedulian kita (umat maupun klerus) untuk berdoa bagi keselamatan jiwa dan keselamatan panggilan para Imam Gereja agar dijauhkan dari godaan, dianugerahi kemampuan dan kemauan untuk melangkah bersama Kristus untuk menggembalakan domba2Nya dengan setia.
Komitmen GarDa Imamat Kekal adalah:
1. Berdoa setiap KAMIS pukul 20.00 dengan perantaraan St. Yoannes Maria Vianney untuk kesetiaan panggilan Imamat dan keselamatan jiwa para Imam Gereja Kristus.
2. Menumbuhkan kepedulian umat untuk mengingatkan para Imam yang dirasa mengalami krisis dan godaan panggilan.
3. Menumbuhkan kepedulian dan kesadaran umat akan "imamat umum" yang telah diterima melalui Sakramen Baptis.
Dengan begitu, diharapkan umat memiliki kesadaran untuk TIDAK HANYA meminta Berkat dari tangan Imam tapi juga memohonkan Berkat Allah bagi para Imam.
Bagi saudara-saudari seiman yang peduli dengan apa yang dirasakan dalam posting undangan ini, diharap mau meneruskan posting ini.
Salam Kasih dalam Kristus Yesus;
Gerakan Doa Imamat Kekal
------------------------------------------------------------------------
Dengan mempertimbangkan saran beberapa sahabat yang berada di Indonesia bagian Tengah dan bagian Timur, maka ujud doa untuk para imam akan dimuat SETIAP HARI KAMIS mulai pukul 19.00 WIB, sehingga semua sahabat di WITA dan WIT masih dapat berdoa bersama bagi para imam/biarawan-biarawati.
SILAHKAN DIBAGIKAN/SEBARKAN/BROADCAST undangan ini...
† Dominus illuminatio mea
Sekilas tentang Paus Fransiskus I
- |
- Log In
DUNIA
Paus Fransiskus, Pria dengan Satu Paru
Usai mendapat gelar master ilmu kimia, dia putuskan jadi pastor.
ddd
Kamis, 14 Maret 2013, 09:34
Arfi Bambani Amri, Santi Dewi
(Reuters)
Hasil sidang konklaf pada Rabu kemarin akhirnya memutuskan untuk mengangkat Kardinal Jorge Bergoglio asal Argentina sebagai Paus baru
menggantikan Paus Emeritus Benediktus XVI yang mengundurkan diri pada 28 Februari lalu. Melalui hasil pemilihan ini, Vatikan seolah ingin
menjawab keinginan publik yang menginginkan pembaruan bagi pemimpin spiritual mereka.
Amerika Latin memiliki lebih dari 480 juta umat Katolik dari beragam latar belakang budaya. Dengan memilih Bergoglio, Vatikan mengirimkan pesan kuat mengenai di mana masa depan gereja akan diletakkan.
Master Ilmu Kimia
Jorge Bergoglio lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Dia salah satu dari lima bersaudara dari keluarga menengah keturunan Italia. Karena infeksi pernafasan di saat kecil, Bergoglio harus hidup dengan satu paru.
Menurut analisa Vatikan dari kantor berita CNN, John Allen, ayah Bergoglio merupakan seorang imigran asal Italia yang mempelajari teologi di Jerman. Bergoglio muda diketahui cerdas dan berdedikasi pada bidang pendidikan. Dia menamatkan program sarjana di Universitas Katolik Buenos Aires pada 1960 dengan penjurusan Filsafat. Kemudian Bergoglio melanjutkan pendidikan ke jenjang master di bidang kimia di Universitas Buenos Aires.
Takdir kemudian berkata lain, alih-alih bekerja sesuai dengan gelar yang telah dia raih, Bergoglio banting setir dan memutuskan untuk menjadi pelayan Tuhan. Dia akhirnya mengikuti program seminari di Villa Devoto.
Di tahun 1973, Bergoglio akhirnya berhasil menjadi salah satu pejabat di Argentina. Namun dia malah memilih untuk mendedikasikan dirinya menjadi pengajar di sebuah sekolah pada tahun 1980. Perjalanan kariernya berada semakin di puncak ketika di tahun 1998, Bergoglio kemudian diangkat menjadi Uskup Buenos Aires.
Sebagai pemimpin katolik bagi umat di Argentina, Bergoglio dikenal menciptakan paroki baru, merestrukturisasi kantor administrasi, menjaga dengan baik seminari dan memulai proyek baru kepastoran seperti komisi untuk perceraian. Selain itu, Bergoglio disebut menjadi penengah di hampir semua konflik sosial atau politik di kota Buenos Aires.
Menentang Keras Aborsi
Sama seperti pendahulunya, Bergoglio juga dikenal sebagai penentang keras isu aborsi dan pernikahan sesama jenis. Menurut laman Catholic Herald, Rabu 13 Maret 2013, di tahun 2006, Bergoglio mengkritik keras usulan kebijakan Pemerintah Argentina yang berniat untuk melegalkan aborsi.
Dia menuduh pemerintah tidak memiliki nilai dan rasa hormat yang dipegang teguh oleh hampir sebagian besar rakyat Argentina.
Kritik keras juga ditujukan Bergoglio kepada Pemerintahan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner, karena di tahun 2010, Argentina menjadi negara Amerika Latin pertama yang mengizinkan pernikahan sesama jenis. Bergoglio kemudian mendorong umat Katolik untuk menentang pengesahan kebijakan tersebut. Menurutnya jika kebijakan itu diberlakukan dapat mencederai makna sebuah keluarga yang sesungguhnya.
Hal yang sama juga berlaku untuk tindakan adopsi anak yang dilakukan oleh pasangan sejenis itu. "Adopsi dapat berakibat pada dicabutnya hak perkembangan seorang manusia bahwa Tuhan sebenarnya menginginkan mereka untuk dikarunia seorang ayah dan ibu," katanya seperti dikutip laman Catholic Herald.
Dalam pidato yang sering dibawakannya, Bergoglio berkali-kali meminta umat Katolik untuk saling mengasihi dan menghormati. Menurutnya semua manusia di dunia ini merupakan saudara, sehingga gereja perlu memastikan bahwa umatnya merasa dihargai.
Bepergian dengan Bus Umum
Bergoglio dikenal publik Argentina sebagai pribadi yang rendah hati dan peduli terhadap kaum miskin. Untuk menjangkau umatnya dan menghadiri suatu acara, tidak jarang, dia lebih memilih untuk naik transportasi umum seperti bus kota yang tersedia di Buenos Aires.
"Paus baru ini benar-benar pria yang rendah hati. Dia tinggal di Buenos Aires dan menggunakan transportasi umum setiap harinya. Hidupnya didedikasikan bagi kaum miskin dan menderita," kata Pastor Eduardo Mangiarotti memberikan testimonial kepada CNN.
Sehari-harinya Bergoglio, tinggal di apartemen sederhana di Buenos Aires dan bahkan memasak makanannya sendiri.
Bergelar Santo Fransiskus
Dalam pemilihan gelar namanya, Bergoglio pun memberikan kejutan. Dia memilih menggunakan gelar Fransiskus karena terinspirasi pengabdian Santo Fransiskus Asisi (atau Francis Asisi dalam ejaan Bahasa Inggris dan Fransisco Asisi dalam ejaan Spanyol) terhadap kaum miskin.
Menurut laman CNN, Rabu 13 Maret 2013, Fransiskus merupakan gelar pertama yang dipilih oleh seorang Paus. Wakil juru bicara Vatikan, Thomas Rosica, mengatakan Santo Fransiskus memiliki tempat yang khusus di hati Bergoglio.
HOMILI MISA "PRO ELIGENDO ROMANO PONTIFICE" (12 Maret 2013)
Berikut ini adalah teks dari homili disampaikan pagi ini oleh Angelo Kardinal Sodano, Dekan Dewan Kardinal, pada Misa "Pro Eligendo Romano Pontifice", 12 Maret 2013 pukul 10.00 pagi di Basilika Santo Petrus.
'Selamanya aku akan menyanyikan kemurahan Tuhan' adalah nyanyian yang bergema sekali lagi dekat makam Rasul Petrus dalam saat penting sejarah Gereja Kristus yang Kudus. Ini adalah kata-kata dari Mazmur 89 yang telah mengalir dari bibir kita untuk menyembah, bersyukur, dan memohon kepada Bapa yang ada di sorga. 'Misericordias Domini di aeternum cantabo' adalah teks Latin yang indah yang telah memperkenalkan kita ke dalam kontemplasi akan Dia yang selalu mengawasi Gereja-Nya dengan kasih, menopangnya dalam perjalanannya selama berabad-abad, dan memberinya hidup melalui Roh Kudus-Nya.
Sikap sungguh mendalam adalah milik kita hari ini karena kita ingin memberikan diri kita bersama Kristus kepada Bapa yang ada di surga, berterima kasih kepada-Nya atas pertolongan penuh kasih yang Ia selalu cadangkan bagi Gereja yang Kudus, dan terutama bagi pontifikasi cemerlang yang Ia berikan kepada kita melalui kehidupan dan karya penerus ke-265 Petrus, Paus Benediktus XVI terkasih dan terhormat, yang kepadanya kita memperbarui pada saat ini semua rasa syukur kita.
Pada saat yang sama hari ini, kita mohon kepada Tuhan, yang melalui penerapan pastoral dari para Bapa Kardinal, Ia segera memberikan Gembala Baik lainnya bagi Gereja yang Kudus. Pada jam ini, iman dalam janji Kristus mendukung kita dalam peran Gereja yang tak kunjung padam. Memang Yesus berkata kepada Petrus: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Mat 16:18).
Saudara-saudaraku, pembacaan Sabda Allah yang baru saja kita dengar dapat membantu kita lebih memahami perutusan yang telah dipercayakan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya.
Pesan Kasih | Bacaan pertama telah menawarkan kita sekali lagi nubuat mesianik terkenal dari bagian kedua kitab Yesaya yang dikenal sebagai "kitab penghiburan" (Yesaya 40-66). Nubuat tersebut ditujukan kepada orang-orang Israel yang berada dalam pembuangan di Babel. Melalui nubuat ini, Allah mengumumkan bahwa Ia akan mengirim seorang Mesias yang penuh rahmat, seorang Mesias yang akan mengatakan: “Roh Tuhan ALLAH ada padaku.... Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN” (Yes 61:1-3).
Penggenapan nubuat tersebut sepenuhnya terwujud dalam Yesus, yang datang ke dunia untuk menghadirkan kasih Bapa bagi semua orang. Sebuah kasih yang terutama dirasakan dalam hubungan dengan penderitaan, kemiskinan ketidakadilan, dan semua kelemahan manusiawi, baik secara fisik maupun moral. Hal ini terutama ditemukan dalam ensiklik terkenal Paus Yohanes Paulus II, 'Dives di Misericordia' di mana kita membaca: "Wahana dan lingkungan yang di dalamnya kasih mewujudkan dirinya yang dalam bahasa biblis disebut "rahmat" sangatlah tepat.” (No 3)
Perutusan rahmat ini telah dipercayakan oleh Kristus kepada para gembala Gereja-Nya. Suatu perutusan yang harus dianut oleh setiap imam dan uskup, tetapi terutama dipercayakan kepada Uskup Roma, Gembala Gereja universal. Bahkan kepada Petrus bahwa Yesus berkata demikian: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?... Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yoh 21:15) Dalam komentarnya tentang kata-kata ini, Santo Agustinus menulis: "Semoga hal tersebut dikarenakan tugas kasih untuk memberi makan kawanan domba Tuhan” (dalam Iohannis Evangelium, 123 5; PL 35, 1967).
Memang kasih ini yang mendesak para Gembala Gereja untuk melakukan perutusan pelayanan mereka bagi masyarakat dari berbagai usia, dari karya amal langsung bahkan hingga bentuk pelayanan tertinggi, yang menawarkan kepada setiap orang terang Injil dan kekuatan kasih karunia.
Inilah yang ditulis oleh Benediktus XVI dalam Pesan Prapaskah-nya untuk tahun ini (No. 3). "Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, untuk mengurangi istilah "amal" pada solidaritas atau sebatas bantuan kemanusiaan. Hal ini penting, namun, untuk diingat bahwa karya amal terbesar adalah evangelisasi, yang merupakan "pelayanan sabda". Tidak ada tindakan yang lebih menguntungkan - dan karena itu lebih beramal - terhadap sesama daripada memecah-mecah roti sabda Allah, membagikan bersama-Nya Kabar Baik dari Injil, memperkenalkan-Nya menuju hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah promosi yang paling tinggi dan paling utuh akan pribadi manusia. Sebagai Hamba Allah Paus Paulus VI menulis dalam Ensiklik 'Populorum Progressio', proklamasi Kristus adalah penyumbang pertama dan utama untuk pembangunan (bdk. No 16)".
Pesan Persatuan | Bacaan kedua diambil dari surat kepada jemaat di Efesus, yang ditulis oleh Rasul Paulus di kota Roma ini selama pemenjaraannya yang pertama (62-63 AD). Suatu surat agung di mana Paulus memaparkan misteri Kristus dan Gereja-Nya. Sementara bagian pertama bersifat doktrinal (bab 1-3), bagian kedua, darinya bacaan hari ini diambil, memiliki nada yang jauh lebih pastoral (bab 4-6). Dalam bagian ini Paulus mengajarkan konsekuensi praktis dari doktrin yang sebelumnya telah dipaparkan dan dimulai dengan permohonan kuat bagi kesatuan Gereja: "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." (Ef 4:1-3)
Santo Paulus kemudian menjelaskan bahwa dalam kesatuan Gereja, ada keragaman karunia, berdasarkan kasih karunia Kristus yang bermacam-macam, namun keragaman ini adalah fungsi pembangunan satu tubuh Kristus. "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.” (Ef 4:11-12)
Dalam teks kita, Santo Paulus mengajarkan bahwa kita masing-masing harus berkarya untuk membangun kesatuan Gereja, sehingga "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef 4:16) Masing-masing dari kita karena itu dipanggil untuk bekerja sama dengan Penerus Petrus, dasar yang sungguh kelihatan dari kesatuan gerejawi.
Perutusan Paus | Saudara dan saudari dalam Injil Kristus hari ini membawa kita kembali pada Perjamuan Terakhir, ketika Tuhan berkata kepada para rasul-Nya: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15:12) Teks yang terkait pada bacaan pertama dari tindakan Mesias dalam bacaan pertama dari nabi Yesaya, mengingatkan kita bahwa sikap fundamental para Gembala Gereja adalah kasih. Kasih ini yang mendorong kita untuk menawarkan kehidupan kita sendiri untuk saudara dan saudari kita. Yesus sendiri mengatakan kepada kita: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13)
Oleh karena itu sikap dasar setiap Gembala adalah untuk memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Yoh 10:15). Hal ini juga berlaku untuk Penerus Petrus, Gembala Gereja Universal. Sebagai jabatan pastoral tinggi dan universal, sehingga harus jauh lebih besar amal Sang Gembala. Dalam hati setiap Penerus Petrus, kata-kata yang suatu hari diucapkan oleh Sang Guru Ilahi kepada nelayan Galilea yang rendah hati telah bergema kembali: “Diligis me plus his? Pasce agnos meos ... pasce oves meas” (Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? Gembalakanlah domba-domba-Ku....Gembalakanlah domba-domba-Ku) (Yoh 21:15-17).
Dalam bangun pelayanan kasih terhadap Gereja dan terhadap semua umat manusia ini, para paus terakhir adalah pembangun begitu banyak prakarsa baik untuk manusia dan untuk masyarakat internasional, tanpa lelah mempromosikan keadilan dan perdamaian. Mari kita berdoa sehingga Paus berikutnya dapat terus berkarya tanpa henti ini pada tingkat dunia.
Selain itu, pelayanan amal ini merupakan bagian dari sifat keakraban alamiah Gereja. Paus Benediktus XVI mengingatkan kita fakta ini ketika ia berkata: "Pelayanan amal juga merupakan unsur pokok perutusan Gereja dan ungkapan yang tak terpisahkan dari jati dirinya” (Surat Apostolik dalam bentuk motu proprio Intima Ecclesiae Natura, 11 November 2012, pendahuluan; bdk. Deus caritas est, no. 25).
Perutusan amal yang tepat bagi Gereja, dan dengan cara tertentu tepat bagi Gereja Roma, yang dalam ungkapan indah dari Santo Ignatius dari Antiokia, adalah Gereja yang 'memimpin dalam amal' (praesidet caritati) (bdk. Ad Romanos (kata pengantar); Lumen Gentium, no 13). Saudara-saudaraku, marilah kita berdoa sehingga Tuhan akan memberikan kita Paus yang akan merangkul perutusan mulia ini dengan murah hati. Kita memohon ini dari Tuhan, melalui perantaraan Maria tersuci, Ratu Para Rasul dan Ratu Para Martir dan Para Kudus, yang melalui perjalanan sejarah, membuat Gereja Roma yang mulia ini sepanjang masa. Amin.
[ Sumber ]
Subscribe to:
Posts (Atom)